manajemen kelas
oleh :
wayan widya ulandari
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Suatu
proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil dengan baik apabila permasalahn
–permasalahan yang muncul dalam proses belajar mengajar disekolah dapat
teratasi dengan baik pula.karena permasalahan-permasalahan itulah yang jika
didak diatasi akan dapat menghambat serta menimbulkan pengaruh buruk terhadap
kelancaran Proses Belajar Mengajar.
Permasalahan
yang muncul disebabkan oleh banyak factor baik itu factor
internal(dalam),maupun factor internal (luar).oleh sebab itu untuk dapat
mengatasi permasalahan tersebut,seorang guru dituntut untuk pandai dalam
memunculkan ide-ide untuk dapat menanggulangi hal tersebut. Salah satu cara
serta tindakan yang harus dilakukan oleh seorang pendidik adalah dengan
melakukan manajen kelas serta menanamkan pemahaman terhadap pentingnya
dilakukan manajemen diri oleh siswa guna menciptakan disiplin kelas serta
disiplin diri baik itu diri siswa,ataupun diri pendidik dan dengan demikian
tujuan pendidikan akan dapat tercapai dengan baik.
1.2
Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah terurai diatas maka dirumuskan masalah yang mempunyai
arti penting sebagai penggambaran,serta pembatasan masalah yang akan dibahas.Adapun
rumusan masalah yang dimaksud adalah :
1.
Apakah
pengertian dari manajemen kelas?
2.
Digunakan
dalam hal apakah manajemen kelas yang berbasis psikologi pendidikan?
3.
Apakah
pengertian dari manajemen diri?
4.
Langkah-langkah
apa yang dilakukan dalam manajemen diri?
5.
Apakah
yang termasuk kedalam contoh pelaksanaan manajemen diri?
BAB
II
PEMBAHASAN
MAJAJEMEN KELAS DAN MANAJEMEN DIRI YANG BERBASIS PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
2.1
Manajemen
Kelas yang Berbasis Psikologi Pendidikan
A.
Manajem
Kelas untuk Pemeliharaan Disiplin Kelas
Manajemen adalah proses pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana
dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif
(Racman,1999:11).Manajemen kelas juga diartikan sebagai segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana
belajar yang efektif dan menyenangkan
serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.jadi
dapat disimpulkan menejemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan
belajar mengajar secara sistematis. Usaha itu mengarah penyiapan bahan
belajar,persiapan sarana,dan alat peraga,pengaturan ruang belajar,mewujudkan
situasi dan kondisi proses belajar mengajar,dan pengaturan waktu sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tujuan kirikuler dapat
tercapai(Dirjen.PUAD dan Dirjen.Dikdasmen,1996).
Dalam melakukan aktivitas Manajemen kelas untuk pembinaan disiplin
kelas yang berbasis psikologi pendidikan, ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan,yaitu:
1.
Pendekatan
otoriter
Dalam membina disiplin kelas dengan pendekatan otoriter,yang perlu
dilakukan oleh guru dikelas adalah menegakkan peraturan yang berlaku dikelas
secara persuasive dan mendidik. Jika siswa melanggar disiplin kelas,maka guru
dapat memberikan hukuman yang mendidik,sedangkan jika siswa menaati peraturan
disiplin kelas diberikan penguatan(reward) agar sikap dan prilaku terpuji
tersebut semakin diintensifkan oleh siswa sehingga dapat menjadi model siswa
lainya.
2.
Pendekatan
Permisif
Dalam membina disiplin kelas dengan pendekatan ini,yang perlu
dilakukan oleh guru dikelas adalah
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensinya
dengan difasilitasi oleh guru. Guru perlu menghargai hak dan mengetahui
kewajiban peserta didik,sehingga suasana disiplin kelas tetap terjamin.
3.
Pendekatan
Instruksional
Dalam membina disiplin kelas dengan pendekatan ini,yang perlu
dilakukan oleh guru dikelas adalah
merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik dan kegiatan belajar yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik. Dengan
pendekatan ini,perilaku instruksional guru yang disiplin akan menjadi pedoman
bagi peserta didik dalam melekukan disiplin dikelas.
4.
Pendekatan
pengubahan prilaku
Dalam membina disiplin kelas dengan pendekatan ini,yang perlu
dilakukan oleh guru dikelas adalah
bagaimana mengubah perilaku peserta didik yang tidak disiplin menjadi
disiplin di kelas. Adapun yang dapat
dilakukan oleh guru adalah dengan memberikan hukuman yang mendidik kepada
peresta didik. Selain itu juga dapat menjadi model perilaku disiplin bagi anak
didik agar anak didik yang tidak disiplin menjadi disiplin kerena meneladani
gurunya.
5.
Pendekatan
Sosial Emosional
Dalam membina disiplin kelas dengan pendekatan ini,yang perlu
dilakukan oleh guru dikelas adalah
bagaimana hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan peserta
didik di kelas. Melalui hubungan social emosional yang baik antara guru dan
anak didiknya,maka anak didik akan mudah mengikuti berbagai prilaku teladan
guru.
6.
Pendekatan
Proses Kelompok
Dalam membina disiplin kelas dengan pendekatan ini,yang perlu
dilakukan oleh guru dikelas adalah membimbing
para siswa agar dapat berinteraksi social dalam suasana kelas yang penuh
disiplin.Dalam suasana kelas yang disiplin tersebut akan terjadi akan terjadi
tnteraksi social yang disiplin pula. Dengan bimbingan dari guru sehingga antara
siswa yang satu dengan yang lain saling mendisiplinkan diri melalui interaksi
social.
B.
Prinsip-prinsip
Disiplin Kelas Sebagai Wujud Manajemen Kelas Yang Berbasis Psikologi Pendidikan
Disiplin kelas merupakan hal penting terhadap terciptanya prilaku
yang tidak menyimpang dari ketertiban kelas. Dalam semangat pendekatan
pendidikan disiplin yang mengacu psikologi pendidikan,hendaknya memiliki bassis
kemanusiaan dan demokrasi dalam menegakkan disiplin berfungsi senagai petunjuk
dan pengecek bagi para guru dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan
disiplin(Rachman,1999:170). Oleh karena itu,pendekatan disiplin yang dilakukan
oleh para guru harus memperhatikan beberapa prinsip berikut ini,yaitu:
1)
Menggambarkan
prinsip-prinsip pedagogic dan hubungan kemanusiaan di kelas,
2)
Mengembangkan
budaya disiplin dikelas,dan mengembangkan profesionalisme guru dan
menumbuhkembangkan budaya disiplin di dalam kelas,
3)
Merefleksikan
tumbuhnya kepercayaan dan control dari peserta didik dalam melaksanakan budaya
disiplin kelas,
4)
Menumbuhkembangkan
kesungguhan untuk berbuat dan berinovasi dalam menegakkan budaya disiplin
dikelas oleh para guru dan peserta didik di kelas,
5)
Menghindari
perasaan tertekan dan rasa terpaksa pada diri guru dan peserta didik dalam
menegakkan dan melaksanakan budaya disiplin di kelas.
C.
Memelihara
Budaya Disiplin dan Usaha Kuratif Terhadap Pelanggaran Disiplin Dengan
Pendekatan Psikologi Pendidikan
Dalam upaya untuk memelihara budaya disiplin kelas yang telah
tumbuh dan berkembang,para guru di kelas hendaknya selalu konsisten dan
berkesinambungan menunjukkan sikap dan prilaku selalu disiplin dating ke
kelas,disiplin dalam mengajar,dan kegiatan disiplin lainya yang berkaitan
dengan proses pembelajaran dan pendidikan di kelas. Selain itu,aplikasi
konsep,prinsip dan teori-teori psikologi pendidikan harus juga diterapkan dalam
memelihara budaya disiplin kelas yang telah tumbuh dan berkembang.
Adapun teori dari psikologi pendidikan,khususnya yang berkaitan
dengan teori behavioristik ialah bahwa peserta didik yang selalu menunjukkan
sikap dan prilaku disiplin di kelas harus diberikan penguatan belajar harus
diberikan penguatan belajar,agar perilaku disiplin tetap menjadi budaya bagi
para siswa tersebut. Sebaliknya,kepada peserta didik yang melanggar budaya
disiplin yang telah ditetapkan dikelas diberikan hukuman yang mendidik sebagai
konsekuensi dari sikap dan perilaku yang kurang dan tidak disiplin yang
ditunjukkan oleh peserta didik. Pemberian hukuman atau sanksi bertujuan untuk
mengurangi dan menghilangkan perilaku peserta didik yang melanggar disiplin kelas.
Dalam upaya untuk menanggulangi(kuratif) terhadap pelanggaran
disiplin kelas perlu dilaksanakan dengan penuh hati-hati,demokrasi, dan
edukatif(Rachman,1999:207).Rachman(1999:210-212) mengemukakan bahwa ada empat
tahapan dalam pemeliharaan disiplin(termasuk disiplin kelas),yaitu:
1)
Tahapan
pencegahan
Pada tahap pencegahan para guru perlu menciptakan suasana kelas
yang disiplin,ketetapan instruksional,dan perencanaan pendidikan yang disiplin.
2)
Tahapan
pemeliharaan
Pada tahap pemeliharaan disiplin,para guru perlu melakukan hubungan
social emosi dengan peserta didik dalam menunjukkan perilaku disiplin di kelas.
3)
Tahap
campur tangan
Pada tahap ini,para guru perlu menangani perilaku peserta didik
yang melanggar disiplin kelas dengan mempelajari segalanya dan mempelajari
segala akar permasalahannya dengan teknik-teknik yang berbasis psikologi
pendidikan berupa pemberian sanksi.
4)
Tahap
pengaturan
Pada tahapan pengaturan,para guru perlu mengatur perilaku peserta
didik yang menyimpang dari disiplin kelas dengan memberikan bimbingan dan
pengarahan yang mendidik,persuasive dan demokratis agar peserta didik menyadari
perlakuanya yang menyimpang dan kembali mematuhi disiplin kelas.
2.2. Manajemen diri dalam pembelajaran
A.
Pengertian
manajemen diri
Manajemen diri adalah perilaku seseorang yang bertanggung jawab
terhadap pengaturan perilakunya sendiri,dengan tujuan agar siswa lebih
mandiri,lebih independent,dan lebih mampu memprediksi masa depanya.
B.
Langkah-langkah
manajemen diri
Manajemen diri secara umum terdiri dari tiga langkah utama yaitu:
1.
Menentukan
tujuan
adler(dalam
Hamzah,2006) dalm teorinya tentang Tujuan fiktif (fictional goal) menyatakan
bahwa perilaku seseorang diarahkan kepada tujuan dimasa yang akan datang yang
sudah disusun sendiri. Usaha orang untuk bisa unggul dalam persaingan hidup
sangat ditentukan oleh tujuan fiktif yang sudah diadopsi. Tujuan fiktif yang
baik adalah tujuan fiktif yang ditentukan sendiri. Tujuan fiktif yang baik akan
disusun oleh orang yang bersangkutan berdasarkan kreatifitas dirinya sehingga
tujuan menjadi unik bagi setiap orang.
Berikut
ini hal penting yang perlu disadari oleh guru terhadap siswa dalam proses
pembelajaran yaitu:
a.
Siswa
sangat penting untuk mampu menyusun tujuan sendiri
b.
Guru
harus berusaha secara maksimal untuk membimbing siswa menyusun tujuan
belajarnya,sehingga dijadikan pedoman untuk perilakunya sehari-hari di kelas
maupun diluar kelas
c.
Siswa
ditantang untuk dapat menyusun tujuan yang menantang dan bisa dicapai
d.
Penetapan
tujuan juga lebih relevan untuk tugas-tugas yang berarti(penting) dari segi
proses pembelajaran.
2.
Mencatat
dan mengevaluasi kemajuan
Evaluasi
diri adalah lebih singkat dari pada pencatatan diri yang sederhana karena
menyangkut pemberian keputusan tentang kualitas.suatu kunci untuk akurasi
keputusan dalam evaluasi diri siswa adalah pengecekan hasil evaluasi secara periodic
oleh guru.
Modifikasi
perilaku kognitif penekankan pada pengembangan control diri dari pada pihak
luar. Control diri menekankan pada penetapan tujuan,perencanaan,dan instruksi
diri dari pada reinforcement(penguatan).
Apabila
guru dan siswa membahas rencana tindakan, dan siswa menulis rencana makna
perilaku siswa,situasi kelas, dan kinerja akademik menjadi lebih ekplisit
sehingga lebih potensial untuk bisa dikontrol oleh siswa. Teknik seperti itu
juga memungkinkan guru untuk memerhatikan siswa secara individual, dan lebih
menekankan control diri siswa,manajemen diri siswa, dan instruksi sendiri
sehingga lebih menghindarkan adanya hubungan satu-satu antara perilaku tertentu
dengan hadiah.
Penelitian
yang dilakukan oleh Glynn dan Thomas(1973) menemukan bahwa siswa yang dibimbing
untuk monitoring dirinya dan selalu membuat catatan harian tentang perilakunya
menunjukkan peningkatan baik pada perilaku belajar dan prestasi belajar.
Evaluasi
diri dan monitoring diri dapat dibantu dengan checklist,kunci sekor,laporan
kemajuan periodik, atau alat yang dapat membantu siswa mengetahui apa yang
sudah dicapai tentang tujuanya berdasarkan pekerjaan yang sudah dilakukan. Pada
teknik ini, tanggung jawab untuk melakukan monitoring dan manajemen perilaku
siswa ada ditangan siswa itu sendiri,dengan cara yang dirasakan tidak membebani
siswa karena mereka tertarik dan senang.
3.
Penguatan
diri (self reinforcemen)
Penguatan
diri terjadi saat seseorang memberikan hadiah kepada dirinya sendiri karena
sukses mencapai prestasi atau kinerja yang sudah ditetapkan atau saat orang
menghukum dirinya sendiri karena gagal mencapai prestasi atau kinerja yang
sudah ditetapkan.
Bandura
menyatakan bahwa penguatan diri sangat meningkatkan nilai dari prinsip
penguatan jika diterapkan pada perilaku manusia. Mengingat penguatan diri
bersifat positif atau negative maka bandura menggunakan istilah yang lebih
inklusif, yaitu regulasi diri (self regulation),untuk menyatakan peningkatan
atau penurunan efek yang dipengaruhi oleh evaluasi diri. Menurut bandura ada
tiga proses untuk mewujudkan regulasi diri,yaitu:
1.
Observasi
diri, yakni saat siswa atau seseorang mengobservasi perilakunya
2.
Keputusan,
yakni saat seseorang memutuskan apakah perilakunya sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan
3.
Respons
diri, yakni saat seseorang memberikan respon kepada dirinya berdasarkan
keputusan yang diambil.
Dari
paparan diatas kita mendapatkan pemahaman:
§ Penguatan diri sangat membantu siswa di dalam proses
pembelajaranya,
§ Penguatan diri sangat membantu siswa yang kurang memiliki prestasi
dan motifasi belajar kurang,
§ Penguatan diri bisa bersifat positif dan negative,
§ Penguatan positif misalnya siswa membeli baju baru karena sudah
mampu menyelesaikan tugas dalam satu semester dengan baik,
§ Penguatan negative misalnya tidak mau menonton TV apabila tugas
yang dibebankan untuk pembelajaranya belum selesai.
C.
Beberapa
Contoh Pelaksanaan Manajemen Diri
1.
Memperkenalkan
sistem secara positif
Contoh:
a)
Berikan
penekanan pada system secara positif
b)
Pertimbangan
untuk memulai program secara sukarelawan
c)
Jelaskan
bagaimana anda menggunakan program manajemen diri untuk diri anda.
2.
Antu
siswa belajar menetapkan tujuan
Contoh
1:
a)
Monitor
tujuan seiring mungkin pada awal kegiatan, dan tentukan standar tinggi yang
masuk akal
b)
Buat
pengumuman tujuan dengan menyuruh siswa mengampaikan tujuanya kepada guru dan
kepada teman-temannya apa yang ingin dicapai.
c)
Siapkan
cara untuk siswa agar bisa mencatat dan mengevaluasi kemajuanya
Contoh
2:
a)
Bagi
pekerjaan menjadi langkah-langkah yang mudah diukur
b)
Siapkan
modal dari pekerjaan yang baik dimana keputusan lebih sulit,seperti menulis
kreatif
c)
Bagi
siswa dengan form pencatatan atau checklist untuk mencatat kemajuan
d)
Cek
akurasi catatan siswa dari waktu ke waktu,dan dorong siswa untuk mengembangkan
bentuk penguatan diri
Contoh
3:
a)
Lakukan
pengecekan sesering mungkin saat siswa baru mulai belajar, dan selanjutnya
dikurangi
b)
Berikan
kesempatan kepada siswa untuk saling mengecek catatan satu sama yang lain
c)
Apabila
catatan siswa tepat, tes keterampilan yang mestinya dikuasai siswa,dan berikan
penghargaan kepada siswa yang evaluasinya dirinya cocok dengan hasil tesnya.
d)
Berikan
siswa ide melalui brainstorming untuk memberikan penghargaan kepada diri
sendiri apabila dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan baik.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari paparan ini adalah sebagai berikut
:
Manajemen kelas dan manajemen diri yang berbasis psikologi sangat penting
dilakukan dalam dunia pendidikan. Menejemen kelas yang berbasis psikologi pendidikan
berfungsi untuk memelihara budaya disiplin kelas dan usaha kreatif terhadap
pelanggaran disiplin kelas. Manajemen diri diterapkan untuk menciptakan pribadi
siswa agar laebih mandiri,lebih
independent,dan lebih mampu memprediksi masa depanya.
3.1
SARAN
Perlu diperhatikan
oleh para guru bahwa tugas atau kewajiban utama seorang guru adalah mengajar dan mendidik. Dalam tugas mengajar
hendaknya seorang pendidik harus peka terhadap permasalahan-permasalahan yang
muncul dalam dunia pendidikan dan mampu menciptakan proses pembelajaran yang
efektif serta sistematis agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Sedangkan dalam tugas mendidik,seorang
guru harus mampu mengubah pribadi siswa kearah yang lebih baik agar mampu
mnciptakan generasi muda penerus bangsa yang bermoral,etika dan berahklak
mulia.
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisna I Made,dkk.2009.Psikologi Pedidikan.Jakarta. Departemen
Agama RI
"menajemen kelas dan menjemen diri yang berbasis pisikologi pendidikan", judul bagus buat membuat makalah... :D
BalasHapus