ÒSISTEM
KETATANEGARAAN KERAJAAN MAJAPAHIT
ÒOleh:
ÒMade
waisnawa putra
ÒStruktur Pemerintahan
ÒMajapahit memiliki
struktur pemerintahan
dan susunan birokrasi
yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan
tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama
perkembangan sejarahnya. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia
memegang otoritas politik
tertinggi.
Ò
Ò
Terdapat Lembaga Negara yang disebut Traya Ratna yaitu Lembaga Tinggi Negara yang memiliki fungsi mengatur negara. Ketiga lembaga tersebut adalah:
Terdapat Lembaga Negara yang disebut Traya Ratna yaitu Lembaga Tinggi Negara yang memiliki fungsi mengatur negara. Ketiga lembaga tersebut adalah:
ÒSapta
Prabhu yang berfungsi sebagai Lembaga Eksekutif yang dijabat oleh Raja dan
pemerintahannya.
ÒSapta
Mantrim yang berfungsi sebagai pengawas jalannya pemerintahan (Lembaga
Legislatif).
ÒSapta
Upappati yaitu Lembaga Pengadil (Yudikatif).
Ò
ÒKetiga lembaga tersebut
di atas saling bekerja sama dalam membangun negara. Terdapat lembaga penghubung
bagi ketiga unsur tersebut yang disebut Lembaga Katrini.
Ò
Aparat Birokrasi
Aparat Birokrasi
ÒRaja dibantu oleh
sejumlah pejabat
birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat
raja memiliki kedudukan tinggi.
Ò
Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
Ò
ÒRakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat
putra-putra raja
ÒDharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Ò
Ò
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran
terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan
Mapatih atau Patih Hamangkubhumi.
Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja
dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula
semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja,
yang disebut Bhattara Saptaprabhu.
Ò
ÒPembagian Wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit
merupakan kelanjutan Singhasari, terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan
bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i".
Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini
hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan
mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola
pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.
Ò
ÒSelama
masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola
oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan
Majapahit dikenal sebagai berikut:
ÒNagara:
diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre
(pangeran atau bangsawan)
ÒWatek:
dikelola oleh wiyasa,
ÒKuwu:
dikelola oleh lurah,
ÒWanua:
dikelola oleh thani,
ÒKabuyutan: dusun
kecil atau tempat sakral.
Ò
Ò
Saat Majapahit memasuki era pemerintahan Gajah Mada, beberapa
negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit,
sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:
Ò
Ò
ÒNegara Agung, atau Negara Utama,
inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa
pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah
ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan
pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua
provinsinya yang dikelola oleh para Bhre
(bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.
Ò
Ò
ÒMancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan
Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut
biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk
persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit
menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan
perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati
otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk didalamnya
seluruh daerah Pulau Jawa
lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung
dan Palembang di
Sumatra.
Ò
Ò
ÒNusantara, adalah area yang tidak
mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus
membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan kebebasan
internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau
tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat
mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras.
Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan Nusa
Tenggara, Sulawesi, Kalimantan,
dan Semenanjung
Malaya.
Ò
Ò
KETIGA KATEGORI ITU MASUK KE DALAM LINGKARAN PENGARUH KERAJAAN MAJAPAHIT. AKAN TETAPI MAJAPAHIT JUGA MENGENAL LINGKUP KEEMPAT YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI HUBUNGAN DIPLOMATIK LUAR NEGERI:
KETIGA KATEGORI ITU MASUK KE DALAM LINGKARAN PENGARUH KERAJAAN MAJAPAHIT. AKAN TETAPI MAJAPAHIT JUGA MENGENAL LINGKUP KEEMPAT YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI HUBUNGAN DIPLOMATIK LUAR NEGERI:
ÒMitreka Satata, yang secara harafiah
berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu
menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit,
bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit.
Ò
ÒMenurut Negarakertagama
pupuh 15, bangsa asing adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya di
Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan
Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan
Champa, Kamboja (Kamboja),
dan Yawana (Annam).[34] Mitreka Satata dapat dianggap sebagai
aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India
tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan
luar negeri dengan kedua bangsa ini.
Ò
ÒPola kesatuan politik
khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian diidentifikasi oleh
sejarahwan modern sebagai "mandala",
yaitu kesatuan yang politik ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaannya
daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan
tanpa integrasi administratif lebih lanjut. Daerah-daerah bawahan yang termasuk
dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara,
umumnya memiliki pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati
kebebasan internal cukup luas.
Ò
Ò
Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi
Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi
lebih lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala
ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya
dan Angkor,
serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya
dan Champa.
Ò
Tidak ada komentar:
Posting Komentar