Kamis, 06 Desember 2012

kumpulan dharma wacana




jika Pekerjaan Dihubungkan Dengan Tuhan


Om Swastyastu,
Umat Se-Dharma Yang Berbahagia,
Melalui latihan rohani, terutama penelitian tentang batin kita akan dapat menyadari dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam hati nurani kita. Kerinduan untuk memperoleh pencerahan pengetahuan suci ini, untuk menghayati Hyang Widhi Wasa dalam keberagaman. Hal ini dinyatakan dalam sebuah doa yang terdapat dalam Upanisad yaitu :
Om Asatoma Sadgamaya
Tamasoma jyothir ga maya
Mrtyorma amritam gamaya
"Tuntunlah kami dari yang palsu ke yang sejati
Tuntunlah kami dari yang gelap ke yang terang
Tuntunlah kami dari kematian ke kekalan."
Nilai berbagai obyek di dunia didasarkan pada tempat yang di duduki . Pekerjaan apapun yang kita lakukan, jika kita kerjakan demi Tuhan dan kita persembahkan kepada Tuhan, maka pekerjaan itu mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan ini dengan Tuhan, ia menjadi suci dan mempunyai kemampuan yang besar.
Kita bisa mengerti hal ini dari contoh berikut. Jika kita melihat seekor tikus dalam rumah, kita akan mengambil tongkat dan mencoba membunuhnya. Kita merasa jijik melihat tikus. Akan tetapi menurut kepercayaan, tikus adalah kendaraan Dewa Ganesa. Bila kita menganggapnya demikian, kita akan menghormati sebagai wahana yang suci untuk Dewa. Apakah alasannya? Nilai yang tinggi yang didapat oleh tikus sebagai kendaraan Dewa Ganesa ialah karena ia dihubungkan dengan suatu perwujudan ketuhanan.
Begitu pula jika kita melihat ular, mungkin kita merasa takut lalu mengambil tongkat untuk mengusirnya. Atau mungkin kita mencari pawang ular untuk menangkapnya. Namun, kalau ular itu melingkar di leher Dewa Siwa, kita menyembahnya dan memberi penghormatan kepadanya. Apakah alasannya? Alasannya ialah ular itu telah mempersembahkan dirinya kepada Siwa dan mengabdi kepada-Nya. Karena itu ia menjadi suci seperti Siwa. Walaupun ia seekor ular yang berbisa, karena ia mempersembahkan dirinya kepada Tuhan, ia memperoleh keharuman dan kemuliaan.
Semoga berguna,
Om Santih, Santih, Santih, Om



Tiga Jenis Pandangan
Om Swastyastu,
Umat Se-Dharma Yang Berbahagia, Siapa yang mempunyai kesadaran penuh dan mengembangkan wiwekanya, tidak akan mengalami penderitaan dan tidak akan dihinggapi rasa takut. Hanya orang yang mempunyai keterikatan kepada badan dan benda akan mengalami rasa takut dan penderitaan. Karena itu, Khrishna menyuruh Arjuna mengembangkan pandangan yang menyeluruh.
Pandangan yang menyeluruh ini diistilahkan dengan kata sudarshana yang berarti pandangan yang baik. Dewasa ini manusia mempunyai tiga jenis pandangan. Yang Pertama adalah pandangan yang berorientasi lahiriah. Pandangan ini dangkal, orang semacam ini hanya melihat penampilan luar orang lain seperti pakaian dan perhiasan yang dipakai, roman muka, ukuran tubuh dan ciri-cirinya, kekhasan suara dan sebagainya. Pandangan ini semata-mata berorientasi pada dunia yang kasat mata.
Pandangan yang kedua adalah pandangan bathin. Pandangan ini tidak melihat ciri-ciri luar orang lain. Orang yang mempunyai padangan bathin ini melihat tingkah laku orang lain dari pencerminan sikap, tabiat, tindak tanduk, dan ekspresinya. Karena itu orang yang mempunyai pandangan bathin berusaha mengetahui perasaan yang timbul dari hati seseorang dan buah pikirannya,sebagaimana tercermin dari apa yang dikatakan dan dilakukannya. Dengan kata lain, orang yang berorientasikan bathin melihat gejala lahiriah yang mencerminkan keadaan bathin. Sikap orang yang berpandangan demikian yaitu ia selalu berbicara dan bertindak menurut perasaan dan pikirannya.
Pandangan yang ketiga adalah pandangan atma. Orang yang mempunyai pandangan atma tidak membatasi persepsinya hanya pada penampilan lahiriah orang lain, atau pada perasaan seperti yang tercermin pada perbuatan dan ekspresinya, namun orang tipe ketiga ini telah mengembangkan pandangan yang terpadu. Ia melihat kemanunggalan bathin, kesadaran Tuhan yang ada pada setiap manusia, walaupun ada perbedaan fisik dan perbedaan tingkah laku semuanya mengalami perubahan dan pergantian. Karena itu, orang dengan pandangan atma tidak tertarik atau merasa senang atau tidak senang pada wujud fisik atau expresi orang lain. Pandangannya terpusat sepenuhnya kepada Tuhan sebagai penghuni tubuh. Ini merupakan pandangan yang suci.
Orang yang mempunyai persepsi yang utuh seperti itu menjadi alat Tuhan. Bukan saja ia menjadi alat Tuhan, tetapi sesungguhnya ia merupakan perwujudan dan personifikasi Tuhan sendiri. Kata Upanisad orang yang menyadari Brahman menjadi Brahman. Karena itu orang yang mempunyai pandangan demikian suci mempunyai sifat keTuhanan. Manusia akan menjadi seperti apa yang dilihat atau dibayangkannya. Untuk menjadi orang stithiprajna, orang yang mempunyai kebijaksanaan tertinggi, kita harus mengembangkan pandangan yang terpadu atau sudarshana dan terus menerus merenungkan ke Esaan diri sejati yang berada dalam segala keanekaragaman lahiriah. Karena itu, Krishna memerintah Arjuna agar selalu mengarahkan pandangannya kepada atma dan memegang Teguh pandangan yang utuh itu dalam keadaan apa pun.
Satyam Evam Jayathe,
Om Santih, Santih, Santih, Om

Dharma Sebagai Poros Pengendali

oleh: Wayan Catra Yasa (wayan@id.beyonics.com), 26 Desember 2005
Om Swastyastu,
Dharma sebagai tujuan hidup yang utama dan mengabdi terhadap sesama makhluk dan beramal-kebaikan untuk kesejahteraan serta menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran, maka orang itu akan mendapat Wara Nugraha yang berlimpah dari Hyang Widhi yakni kebahagiaan dan atma itu bila menjelma kembali akan menikmati kebahagiaan hidup di dunia. Oleh sebab itu Hindu menekankan hendaknya berlaku tidak menyimpang dari tuntunan dharma. Karena akibat perbuatan jahat akan menerima hukuman yang sangat berat dari suatu pengadilan yang tidak nampak yang berkuasa menenggelamkan manusia yang jahat ke dalam kawah candra dimuka atau neraka.
Di dalam Vrshaspati Tattva, 25 dinyatakan tentang “Sila" yang artinya perbuatan baik dan "Yajnya" yang artinya melakukan pemujaan api. Disebutkan juga tentang "Tapa" yang berarti melakukan tapa brata, tentang "Anasika Bhiksu" yang artinya seseorang harus didiksa, dan "Yoga" adalah melakukan meditasi.
  • Sila menekankan hendaknya setiap manusia melakukan perbuatan yang baik yaitu perbuatan mulai yang tidak merugikan masyarakat, berusahalah agar masyarakat menjadi bahagia.
  • Yajnya menuntun orang untuk melaksanakan pemujaan api untuk memohon kepada Hyang Widhi yang bergelar Dewa Agni dengan harapan agar beliau menuntun dan memberikan penerangan kepada umat manusia, sehingga terhindar dari perbuatan jahat.
  • Tapa menuntun umat manusia agar mampu mengendalikan diri dari perbuatan perbuatan jahat yang muncul dari sufat rajas yakni pengaruh yang berasal dari diri manusia, sehingga kita tetap berada dijalan dharma.
  • Anasaka bhiksu menuntun umat manusia hendaknya mengikuti prilaku orang suci yaitu yang tiada mudah terpengaruh harta benda, kesenangan-kesenangan dunia yang ke semuanya itu didapat dengan jalan yang benar sesuai dengan ajaran dharma.
  • Yoga, menuntun umat manusia memiliki konsep konsep tertentu di dalam melakukan langkah-langkah perbuatan sehingga dengan memiliki konsep yang pasti maka pengaruh-pengaruh yang jahat, sulit mempengaruhi orang tersebut dan orang tersebut akan dapat menuju jalan dharma.
Setiap orang menginginkan hidupnya berarti dan lebih bermakna, hendaknya harus berpegang teguh pada dharma. Walaupun hidupnya nampak sederhana, namun mereka memiliki jiwa yang tenang dan penuh bahagia. Bagi mereka yang tiada memiliki prinsip hidup Dharma, maka mereka mudah digoyangkan oleh perbuatan-perbuatan Adharma. Walaupun mereka memiliki harta benda yang berlebihan, namun hatinya penuh dengan penderitaan yang mengancam dirinya karena mereka selalu merasa was-was, yang disebabkan seringnya mereka melakukan perbuatan yang kurang baik terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Semua perbuatan yang dilakukan oleh seseorang di dunia akan melekat pada pikiran, dan setelah manusia meninggal, maka yang hancur hanyalah badan kasar, akan tetapi alam pikiran atau Citta yang terdiri dari Budhi, Manah, Ahamkara, Panca Kamendrya dan Panca Jnanendrya dan dibungkus oleh Panca Tanmatra serta diberikan kekuatan hidup oleh atman, maka akan muncul Suksme Sarira atau badan astral. Pada Suksma Sarira inilah segala bekas–bekas perbuatan yang dilakukan semasa hidup akan melekat dan disebut Karma Wasana. Perbuatan yang terdapat dalam Karma Wasana dibagi menjadi dua bagian yakni Subha Karma dan Asubha Karma. Perbuatan Subha Karma membawa atman ke alam sorga, sedangkan perbuatan Asubha Karma akan membawa atman ke alam neraka.
Hindu menghendaki agar umatnya dapat bebas dari belenggu kesengsaraan sehingga mereka memperoleh kebahagiaan yang kekal abadi yang disebut dengan moksa. Untuk itulah para maha bijaksana, para Maha Rsi manyajikan ajaran dharma agar umatnya melakukan ajaran dharma dengan harapan untuk dapat hidup dengan tentram dan bahagia.
Demikian, semoga berguna.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Svastyastu,
Om Avighnam Astu Namo Siddham
Om Anno Bhadrah Krattavo Yantu Visvattah
Sebelumnya, marilah kita sama-sama menghaturkan sembah sujud bhakti kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang maha Esa), karena atas Asung Krta Wara Nugraha Beliaulah kita dapat berkumpul bersama-sama dalam acara rutin kita ini dengan tiada kekurangan satu apapun.
Sebelum lebih jauh Bapak berbicara, terlebih dahulu Bapak akan menyampaikan tema dharma wacana yang akan Bapak sampaikan. Adapun tema dharma wacana kali ini adalah “Kewajiban Sisya dalam masa Brahmacari”. Tema ini sengaja Bapak angkat, mengingat dan melihat fakta-fakta dilapangan, banyak sekali siswa-siswa Hindu yang memiliki perilaku dan sikap yang menyimpang dari ajaran-ajran yang ada dalam agama Hindu. Ini menunjukan bahwa betapa lemahnya iman dan sraddha siswa terhadap agama dan kepercayaan yang dianut. Dari permasalahan ini, maka akan timbul pertanyaan-pertanyaan semisal, “Kenapa masalah ini timbul? Siapakah yang bertanggung jawab dalam masalah ini? Mengapa sraddha siswa begitu lemah sehingga muncul permasalahan-permasalahan tersebut? Nah dengan pertanyaan itu, maka akan Bapak singgung sedikit disini, mengenai kewajiban-kewajiban siswa dalam masa menuntut ilmu, baik di sekolah maupun dirumah serta di lingkungan masyarakat.
Anak-anak yang bapak banggakan,..
Bapak ingin bertanya terlebih dahulu, Apa itu Brahmacari?
Siapa saja yang termasuk ke dalam masa Brahmacari Asra
Apakah kewajiban-kewajiban masa Brahmacari sesuai dengan ajaran agama Hindu?
Mungkin kalian sedikit banyak telah memahami pengertian tentang brahmacari asram, akan tetapi dengan keadaan psikolog dan jiwa kalian pada saat sekarang ini yang masih sangat labil (goyah), kalian tidak dapat menjalankan ajaran-ajaran mengenai Brahmacari ini.
Seperti teori John Locke, kita terlahir itu seperti halnya kertas putih yang bersih, belum ada coretan sedikitpun, kemudian melalui keluarga, sekolah dan masyarakat, perlahan-lahan kertas putih itu akan terisi penuh coretan-coretan, baik itu coretan yang baik maupun coretan yang buruk. Nah, masa-masa seperti kalian inilah kalian memiliki beberapa coretan baik dan buruk, keduanya memiliki pengaruh yang sangat kuat, sehingganya masa sekarang jiwa kalian sering kali mengalami lonjakan, gairah, semangat dan ambisi yang memiliki grafik turun naik. Jika coretan-coretan yang buruk kalian sering lakukan, maka kalian akan menjadi orang yang bodoh dan terbelakang, baik dari segi kehidupan jasmani maupun rohani.
Untuk itu, maka sekolah dan keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk mendidik dan membersihkan coretan-coretan buruk kalian. Agar kelak kalian menjadi masusia yang “Manusya” yang memiliki iman dan sraddha yang kuat untuk menghadapi ancaman dan pengaruh kerasnya kehidupan di dunia pada masa global saat ini.
Anak-anak yang bapak banggakan,..
Brahmacari adalah masa-masa kalian untuk menuntut ilmu, baik di lembaga formal maupun non formal. Masa ini merupakan masa uji atau masa yang sangat menentukan karma hidup kalian selanjutnya, jika kalian kuat menghadapi dan melewatinya niscaya kalian akan menjadi insane yang bahagia dan sejahtera dalam kehidupan (Jagadhita) dan alam baka (Moksa). Namun, jika kalian tidak mampu melewatinya, maka celakalah kalian. Contoh kecilnya seorang yang dalam masa sekolah, dia menjadi preman dan suka berantem karena ambisi, guna rajasnya yang tak terkendali, ego (Ahamkara) dan pikiranya diliputi kebodohan (avidya), dengan sikap demikian tentunya dia akan rugi sendiri, salah satunya, dia bisa terancam dikeluarkan dari sekolah, memiliki musuh yang bisa saja dapat mengancam kehidupanya kelak, menjadi terkenal dengan kejahatanya, susah memperoleh peluang dan bersaing dalam memperoleh pekerjaan untuk penompang hidup kelak, dsb.
Anak-anak yang bapak banggakan,..
Coba kalian renungkan, jika kalian mengalami hal tersebut?
Bagaimana orang tua kalian yang mengharapkan keturunanya dapat mengharumkan nama keluarga di masyarakat, namun yang terjadi malah sebaliknya. Jika hal ini terjadi, maka orang tua kalian akan merasa ditampar keras dan tentunya akan merasa malu dengan memiliki anak seperti kalian. Hidup orang tua kalian pun pastinya tidak akan dapat tenang baik di dunia maupun di alam kekal nantinya.
Apakah kalian bahagia, jika orang tua kalian seperti itu?
Apakah kalian bangga membuat orang tua kalian seperti itu?
Bapak yakin, kalian semua tidak mau orang tua yang melahirkan kalian menjadi susah, sengsara, menderita dan malu karena ulah kalian. Kalian adalah orang-orang yang pintar-pintar semua, jadi kalian bisa merenungkan kembali demi kalian dapat membahagiakan orang tua kalian.
Kalian bisa????
Anak-anak yang berbahagia,..
Tadi merupakan sedikit gambaran tentang brahmacari, dengan gambaran tersebut, kita akan tahu lebih jauh mengenai siapa saja yang termasuk ke dalam brahmacari asram?
Dalam ajaran agama Hindu, brahmacari merupakan urutan yang pertama dari Catur Asrama yang merupakan empat tingkatan atau masa hidup manusia, kemudian Grhasta, yaitu masa berumah tangga, kemudian wanaprastha, yaitu masa hidup mengasingkan diri dari kehidupan duniawi, yang terakhir Bhiksuka/Sanyasin yaitu masa memperdalam tingkat spiritual lebih lanjut agar dapat memperoleh moksa.
Keempat asram ini, memiliki kewajiban-kewajiban dan juga pantangan-pantangan yang harus dipatuhi.
Yang termasuk ke dalam brahmacari asram adalah mereka yang masuk ke dalam tahapan belajar ilmu pengetahuan. Yaitu sejak orang itu dilahirkan hingga dia benar-benar telah menjadi insane yang berpribadi, mandiri, bijaksana, dan dewasa. Kemudian yang termasuk ke dalam Grhasta asram adalah mereka yang telah dewasa dan siap lahir dan bhatin untuk melangkah ke pawiwahan atau perkawinan. Kemudian yang termasuk ke dalam wanaprastha asram adalah mereka yang telah mampu membentuk keluarga yang sakhinah dan sejahtera, sehingganya tidak terikat lagi oleh kewajiban-kewajiban dan tugas-tugasnya sebagai orangtua kepada anaknya. Yang terakhir, Bhiksuka, mereka yang telah benar-benar sadar akan kebeeradaan Tuhan, sehingganya mereka tidak lagi terikat hal-hal yang bersifat keduniawian. Nah dengan demikian, bagaimana dengan kalian, termasuk ke dalam asram yang mana?
Anak-anak yang bapak sayangi,…
Tugas dan kewajiban brahmacari adalah seperti tadi bapak uraikan, kalian harus belajar dan belajar. Belajar ilmu pengetahuan, teknologi, agama, social dan ilmu-ilmu yang lainya. Karena manusia itu memiliki tingkat intelektual yang sama dengan ilalalng, ketika kalian berada pada usia sekarang ini, kalian bagaikan tunas baru dari ilalang, sangat tajam, namun semakin tua usia kalian, maka ketajaman itu akan berkurang dan akhirnya kalian merunduk dan tidur selamanya.
Jadi, masa-masa seperti saat sekarang inilah, masa-masa kalian harus benar-benar serius, dan benar-benar memusatkan konsentrasi untuk belajar, ingat hari ini tidak akan kalian temukan esok, lusa atau kapanpun, masa ini kalian tidak temukan juga besok atau kapanpun. Coba kalian renungkan, saat-saat sekarang inilah kalian harus belajar dan belajar untuk hari esok kalian.
Anak-anak yang bapak banggakan,..
Ilmu pengetahuan itu, sifatnya tidak seperti memakan cabai, sekarang dimakan sekarang pedas. Jadi sekarang kita belajar, tidak harus sekarang guna dari ilmu itu kita pergunakan, akan tetapi kelak dalam kehidupan yang akan kalian jalani lebih lanjut lagi.
Disamping belajar, siswa juga harus melaksanakan brata (pengendalian diri) untuk melaksanakan disiplin-disiplin di sekolah sebagai tempat menuntut ilmu. Jangan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari displin yang ditetapkan oleh sekolah.
Tantangan dalam melaksanakan displin itu memang luar bisaa, salah satu godaan-godaan dari luar, dari pergaulan dengan teman-teman yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang baik, gaya hidup modernisasi dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar