BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pengaruh
Ngatenan (1986:137) dalam bukunya Kamus Etimologi Bahasa Indonesia
mengatakan bahwa pengaruh sama dengan tuah, berkah, dan wibawa. Dari definisi tersebut dapat
dikatakan bahwa esensi yang dimiliki oleh sesuatu hal tertentu atau seseorang
dapat memberi pengaruh terhadap sesuatu
atau orang
lain. Wibawa dan berkah yang dimiliki oleh seseorang akan memiliki pengaruh
terhadap orang
lain. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga dikatakan bahwa: “Pengaruh
adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
B. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari akar kata
motif, yang artinya sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak untuk
melakukan sesuatu (Ngalim Purwanto,1985: 64). Pengertian lain tentang motivasi
adalah tenaga dari dalam diri manusia yang mendorong bertindak, suatu proses
yang berlangsung dari dalam diri seseorang (I.L.Pasaribu dan B.
Simanjuntak,1983 : 52). Motivasi adalah sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktip pada saat-saat tertentu
terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau
mendesak ( Sardiman, A.M, 1986: 73).
Dari definisi di atas dapat penulis
simpulkan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu hal untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya motivasi akan
menyebabkan terjadinya perubahan kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk
kemudian bertindak melakukan sesuatu yang didorong oleh suatu kesadaran akan
adanya kebutuhan atau keinginan dan tujuan yang hendak dicapai.
- Macam-Macam Motivasi
Pada
umumnya para ahli membagi motivasi menjadi dua bagian
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu
kegiatan belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan
dan dorongan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar
itu misalnya siswa belajar karena ingin menjadi orang terdidik atau ingin
menjadi ahli dibidang studi tertentu. Motivasi ekstrinsik yaitu aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu sendiri seperti
siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan (W.S.Winkel,
1983:27-28). Pendapat lain menyatakan motivasi murni apabila terdapat dorongan yang sangat kuat terhadap hasil
belajar itu sendiri motivasi kurang murni atau motivasi lahir apabila motivasi
belajar itu bersumber pada soal ganjaran atau hukuman atau ketakutan (Siti
Purtini,1979: 32). Dari beberapa pendapat diatas jelaslah bahwa yang dimaksud
dengan motivasi adalah bentuk motivasi yang di dalam aktivitasnya secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar. Orang yang bermotivasi intrinsik mempunyai
tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan ahli dalam bidang tertentu
dan lain sebagainya.
Sedangkan pada motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi
dalam aktivitas belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan yang
tidak berkaitan dengan aktivitas belajar karena motivasi ekstrinsik
tergolong atas dasar belajar demi memenuhi kewajiban, demi menghindari hukuman,
demi memperoleh hadiah, belajar demi guru, atau orang tua, demi kedudukan dan
lain sebagainya.Siswa yang bermotivasi ekstrinsik mempunyai tujuan berbeda
dengan siswa yang bermotivasi intrinsik. Akan tetapi bukan berarti bahwa
motivasi ekstrinsik ini selalu tidak baik,dalam kegiatan belajar motivasi ekstrinsik
ini tetap penting sebabkemungkinan besar keadaan siswa dinamis, artinya dapat
berubah-ubahsehingga bisa ditumbuhkan kesadaran yang ada pada ahirnya tumbuh
menjadi motivasi intrinsik.
Dari kedua motivasi di atas maka
motivasi intrinsik mempunyai pengaruh yang baik dalam belajar karena motivasi
ini merupakan tenaga
dari dalam yang mendorong individu belajar sehingga mempunyai arah
dan tujuan yang jelas. Beberapa ahli menyatakan aktivitas yang didorong
oleh motivasi intrinsik lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Diperkuat pula
oleh pendapat W.P. Napi Tupulu, belajar dengan motivasi intrinsik akan lebih
baik daripada belajar dengan motivasi ekstrinsik (W.P.Napitupulu, 1980 : 14).
Dengan demikian motivasi intrinsik
dalam belajar yang
menggerakan itu bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi
intrinsik ini muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan tertentu.
- Fungsi motivasi
Didalam kegiatan belajar motivasi itu
sangat diperlukan, karena dengan adanya motivasi tersebut maka anak akan ingin
dan mau melakukan kegiatan belajar, yang pada akhirnya turut menentukan
berhasil atau tidaknya kegiatan belajar. Beberapa tokoh menyatakan fungsi
motivasi sebagai berikut:
a.
Motivasi berfungsi sebagai
penggerak dan pendorong berlangsungnya proses belajar.
b.
Motivasi berfungsi sebagai
penggerak kegiatan, sehingga proses belajar itu bermakna dan dilaksanakan
secara berkelanjutan.
c.
Motivasi berfungsi memberikan
tekanan atau membuat warga belajar
itu lebih selektif didalam menjalankan proses belajar yang disenangi (W.P.Napitupulu,
1981;13).
Menurut S. Nasution fungsi motivasi adalah sebagai
berikut :
a.
Mendorong manusia untuk
berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b.
Menentukan arah perbuatan,
yaitu menentukan perbuatan yang mana harus dijalankan yang serasi guna mencapai
tujuan (S,Nasution, 1986: 76).
Pendapat lain juga menyatakan motivasi dalam diri setiap
individu mempunyai fungsi antara lain:
a.
Menentukan arah perbuatan yakni
perwujudan cita-cita atau suatu
tujuan.
b.
Motivasi menyeleksi perbuatan
kita. Artinya menentukam perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, guna
serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak
bermanpaat.
c.
Berfungsi mendorong manusia
untuk berbuat atau bertindak sebagai penggerak
atau sebagai motor yang memberi energi kepada seseorang untk melakukan
tugas (Ngalim Purwanto, 1985 : 76-77)
Sedangkan Robert N.Singer menyatakan ‘In the first instanemotivational
in proses responsible for the selection of and participation in a particular
activity over other pasibble alternative at anymoment. Artinya pada hari
pertama kekuatan motivasi bertanggung jawab untuk memelihara keikutsertaan
dalam suatu aktifitas tertentu di samping alternatip lain yang memungkinkan
pada suatu masalah. Dari pendapat di atas dapat penulis menyimpulkan bahwa
fungsi motivasi dalam suatu bentuk kegiatan adalah sebagai pendorong, penggerak,
yang memberikan arah bagi setiap individu untuk melakukan kegiatan, dan
kususnya bagi siswa siswi kelas V dan VI SD Negeri I Restu Rahayu guna mencapai
prestasi belajar yang lebih baik.
C. Hasil Belajar
1.
Pengertian Hasil Belajar
Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan
perubahan tingkah laku. Setelah anak lahir terjadi proses belajar pada diri
sang anak dan hasil yang diperoleh adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Belajar adalah suatu kebutuhan yang mutlak bagi setiap orang, dan
apa yang kita lakukan di dunia ini membutuhkan suatu pengetahuan dan
pengetahuan itu kita dapatkan dengan belajar. Hasil belajar mempunyai kaitan
erat dengan belajar itu sendiri, untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang
terjadi pada diri seseorang baik itu tingkah laku, kecakapan yang dapat dilihat
dari hasil belajarnya. Hasil belajar adalah tingkat pengetahuan sejauh mana
anak terhadap materi yang diterima, dalam pengertian ini belajar adalah
merupakan proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Dengan
variasi metode dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa (Slameto, 2003 : 96).
Belajar adalah suatu bentuk
pertumbuhan atau perubahan dalam
diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku itu ada dari tidak tahu,
timbul pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan ketrampilan, emosional
dan perubahan jasmani. Menurut Winkel ( 2004 : 114) ada beberapa kategori
penilaian terhadap hasil belajar siswa.
a.
( 0-30) dikategorikan sangat
rendah.
b.
(31-54) dikategorikan rendah.
c.
( 55-74) dikategorikan sedang.
d.
( 75-89) dikategorikan tinggi.
e.
( 99-100) dikategorikan sangat
tinggi.
Dari beberapa pengertian belajar
diatas jelas bahwa dalam proses belajar terjadi perubahan pada diri seseorang.
Dari proses belajar ini diharapkan terjadinya perubahan yang baik dan mencapai
tujuan yang diharapkan dari setiap orang dan menunjukan peningkatan pengetahuan
dalam benuk prestasi belajar. Prestasi belajar ini sangat perpengaruh bagi
siswa dan guru yang memberikan pengetahuan. Bagi siswa adanya prestasi ini akan
menunjukan seberapa materi-materi yang telah mampu dikuasai
oleh siswa. Dan bagi pendidik adanya peningkatan prestasi pada anak didiknya
akan membuat rasa bangga dan sistem pengajaran yang diterapkan dalam preoses
belajar mengajar berhasil. Antara prestasi belajar dan hasil belajar mempunyai
pengertian yang sama karena keduanya sama-sama untuk mengetahui peningkatan
belajar siswa. Prestasi belajar dari setiap siswa dapat diketahui dengan cara
melakukan evaluasi yang dilakukan olehguru tergantung dari mata pelajaran yang
diujikan sesuai dengan satuan kurikulum.
Prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai anak itu dapat dilihat oleh guru ( Soepartina Pakasi, 1981: 52). Untuk
mengetahui peningkatan atau prestasi dari siswa dapat melalui raport. Dengan melihat nilai yang diperoleh setiap
anak dalam setiap semester seorang guru dapat mengetahui siswa-siswa yang
mengalami peningkatan dan penurunan hasil prestasi belajar. Dari hasil nilai
raport yang diperoleh siswa guru dapat memberikan motivasi-
motivasi baru kepada siswa.
2.
Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar adalah
merupakan azas-azas belajar yang
perlu menjadi tuntunan dalam belajar. Dengan mengetahui prinsip belajar akan
menumbuhkan semangat dan tehnik baru dalam proses belajar mengajar. Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda-beda mengenai
prinsip-prinsip belajar, beberapa pandangan para ahli mengenai prinsip-prinsip
belajar adalah sebagai berikut :
a.
Belajar harus bertujuan dan
terarah.
b.
Belajar memerlukan bimbingan,
baik bimbingan dari guru atau mata pelajaran itu sendiri.
c.
Belajar memerlukan pemahaman.
d.
Belajar memerlukan latihan dan
ujian agar apa yang telah dipelajari
dapat dikuasai.
e.
Belajar adalah suatu proses
aktif dimana terjadi saling mempengaruhi
dari murid dengan lingkungan.
f.
Belajar harus disertai
keinginan dan kemauan yang kuat untuk
mencapai tujuan.
g.
Belajar diangap berhasil
apabila telah menerapkan kedalam praktik sehari-hari ( Dewa Ketut Sukardi, 1983
: 27).
Pendapat lain menyatakan tentang prinsi-prinsip belajar sebagai
berikut :
a.
Belajar adalah suatu proses
aktip dimana terjadi hubungan saling memengaruhi secara dinamis antara siswa
dan lingkungannya.
b.
Belajar senantiasa harus
mempunyai arah dan tujuan.
c.
Belajar yang paling efektip jika didasari oleh
dorongan motivasi yang murni dan
bersumber dari dalam dirinya.
d.
Belajar memerlukan bimbingan.
e.
Jenis belajar yang paling baik
adalah adalah belajar berfikir kritis.
f.
Senantiasa ada rintangan dan
hambatan dalam belajar karena itu setiap siswa harus sanggup mengatasinya.
g.
Cara belajar yang paling
epektif adalah dalam bentuk pemecahan
masalah melalui kerja kelompok.
h.
Belajar dianggap berhasil jika
sipelajar telah sanggup mentransper atau menerapkan kedalam bidang kehidupan
sehari-hari.
i.
Belajar harus disertai dengan
keinginan dan kemauan kuat untuk mencapai tujuan atau hasil.
j.
Belajar memerlukan
latihan-latihan dan ulangan agar apa yang
dipelajari dapat dikuasai (Oemar Hamalik, 1993 : 28).
Menurut S. Nasution mengungkapkan prinsp-prinsip
belajar sebagai berikut :
a.
Agar seseorang benar-benar
mempunyai tujuan.
b.
Tujuan itu timbul dari atau
berhubungan dengan kebutuhan hidupnya
dan bukan karena dipaksa orang lain.
c.
Orang itu harus bersedia mendalami
bermacam-macam kesukaran dan berusaha
dengan tekun tujuan yang berharga untuk dirinya.
d.
Belajar itu harus terbukti dari
perubahan kelakuan.
e.
Tujuan pokok yang hendak
dicapai diperoleh melalui hasil sambilan
atau sampingan.
f.
Belajar lebih berhasil dengan
jalan berbuat atau melakukan.
g.
Belajar sebagai keseluruhan
tidak dengan otaknya atau secara
intelektualitas saja tetapi juga secara sosial, emosional dan
sebagainya.
h.
Dalam hal belajar seseorang
memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
i.
Dalam belajar diperlukan
insting, apa yang dipelajari benar-benar
dipahami. Belajar bukan sekedar
menghapal secara verbal.
j.
Belajar lebih berhasil apabila
usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
k.
Belajar hanya mungkin kalau ada
kemauan dan hasrat untuk belajar (Nasution,1986:49).
Dari prinsip-prinsip belajar yang
dikemukakan oleh beberapa ahli di atas ada persamaan pandangan dalam
mendapatkan pengetahuan yaitu dengan adanya kemauan dari dalam diri setiap
individu dalam memperoleh pengetahuan. Tujuan dalam belajar ini dapat diperoleh
dengan adanya motivasi belajar dari setiap siswa, dorongan- dorongan keinginan
belajar
dan adanya rasa penasaran akan luasnya pengetahuan yang dipelajari di sekolah
maka akan tercapai tujuan belajar dan dapat mengaplikasikan
ilmu-ilmu yang diperoleh di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.
a.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Dalam setiap anak
mengenyam pendidikan di sekolah-
sekolah pasti ingin mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam setiap kelas
atau sekolah siswa ingin mencapai hasil belajar dengan nilai yang baik,
mendapat prestasi yang tinggi dalam setiap sekolah ataupun perguruan tinggi
adalah tujuan dari setiap siswa. Namun tidak semua siswa dapat memperoleh nilai
yang baik dalam setiap kelas atau sekolah. Siswa yang gagal dalam mencapai
prestasi yang baik yang
pada umumnya orang-orang menyebut dengan tidak naik kelas jelas akan merugikan
terutama bagi siswa yang mengikuti proses belajar mengajar di suatu sekolah. Para ahli membagi faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar menjadi dua yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Faktor ekstern
adalah faktor yang ada di luar individu. Sedangkan faktor intern adalah faktor
yang ada di dalam dalam diri seseorang. Kedua faktor di atas dapat mempengaruhi
sistem belajar seorang anak. Selain dapat mendorong motivasi belajar anak juga
dapat menghambat keberhasilan belajar seorang anak. Menurut (Ngalim Purwanto
1985:101-102) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar
bagi seorang anak yaitu faktor yang ada pada diri seorang itu sendiri yang
disebut faktor individual, seperti faktor kematangan dan pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Faktor yang ada diluar
individu yang disebut faktor sosial seperti keluarga / keadaan rumah tangga,
guru, dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar,
lingkungan, dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
Pendapat lain menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :
1. Faktor intern yang terbagi menjadi
a). Faktor jasmani
- Faktor kesehatan
- Cacat tubuh
b). Faktor fsikologis
- Intelegensi
- Minat
- Perhatian
- Bakat
- Motif
- Kematangan
- Kesiapan
c). Faktor kelelahan
2. Faktor ekstern yang terbagi atas
a). Faktor keluarga
- Cara orang tua mendidik anak
- Relasi antara keluarga
- Suasana rumah
- Keadaan ekonomi keluarga
- Pengertian keluarga
- Latar belakang kebudayaan
b). Faktor sekolah
- Metode mengajar
- Kurikulum
- Relasi guru dan siswa
- Relasi siswa dan siswa
- Disiplin di sekolah
- Alat pelajaran
- Waktu sekolah
- Standar pelajaran diatas ukuran
- Keadaan gedung
- Tugas rumah
c). Faktor masyarakat
-Kegiatan siswa dalam masyarakat
-Teman bergaul
-Bentuk kehidupan masyarakat
(Slameto, 1988 :
56-73).
Sedangkan menurut Roestiyah N.K faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa sebagai berikut:
1. Faktor yang berasal dari sekolah
- Interaksi guru dan murid
- Cara penyajian
- Hubungan antara murid
- Standar pelajaran diatas ukuran
- Media pendidikan
- Kurikulum
- Keadaan gedung
- Waktu sekolah
- Pelaksanaan disiplin
- Metode belajar
- Tugas rumah
2. Faktor yang berasal dari masyarakat
- Teman bergaul
- Cara hidup lingkungan
- Kegiatan lain
3. Faktor yang berasal dari keluarga
- Cara mendidik
- Suasana
keluarga
- Pengertian
orang tua
- Keadaan
sosial ekonomi keluarga
Faktor yang ada dalam diri sang anak
jika ditopang oleh
faktor dari luar yang tentunya faktor positip dan ini akan membantu hasil
belajar yang baik. Kriteria hasil belajar suatu satuan nilai yang menjadi
ukuran untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa
terhadap hasil belajar dan kriteria ini biasanya didasarkan dengan standar atau
ukuran yang ada. Jika siswa sudah dikatakan berhasil dalam belajar dan siswa
terswebut sudah memperoleh standar nilai
yang tinggi berdasarkan standar nilai yang ditetapkan oleh guru yang
bersangkutan maupun standar yang telah ditetapkan.
Dari pendapat di atas maka dapat
disimpulkan pada
umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada dua faktor yaitu
faktor eksteren dan faktor intern. Antara dua faktor ini saling terkait dan
mempengaruhi proses dari hasil belajar siswa.
Faktor yang ada dalam diri sang anak jika ditopang oleh faktor dari
luar yang tentunya faktor positip dan ini akan membantu hasil belajar yang
baik. Faktor- faktor tersebut antara lain sebagai berikut :
a)
Faktor intern
Yaitu faktor dari dalam diri seorang anak yang mencakup
faktor kesehatan (biologis) dan fator psikologis (faktor cacat
tubuh). Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu.
Adanya cacat tubuh yang diderita oleh siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
Anak akan merasa minder dengan teman-temannya dalam belajar di kelas. Bagi
pendidik ini merupakan tantangan besar dalam membuat motivasi belajar bagi anak
yang cacat fisik ini agar dalam belajar dapat memperoleh hasil belajar yang
baik.
b). Faktor ekstern yaitu faktor luar dari anak yang
mencakup sebagai berikut:
1. Faktor keluarga
Keluarga memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam
proses belajar anak seperti yang dikatakan oleh Sutjipto Wirojojo bahwa
keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama. Dalam keluarga seorang anak
mendapatkan pendidikan pertamanya,
dalam keluarga seorang anak mendapatkan pengaruh dari
keluarga dari cara orang tua dalam mendidik anak, keadaan ekonomi keluarga dan
lain-lain.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi
belajar siswa yaitu metode belajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran di sekolah. Metode
mengajar guru di kelas yang tidak sesuai dengan mata pelajaran akan
mempengaruhi hasl belajar siswa. Maka para pendidik
harus menggunakan methode yang bervariasi dan tepat dalam memberikan materi
pelajaran, sehinga bisa meningkatkan
motivasi belajar siswa. Adanya relasi yang baik antara guru dan siswa maka
dalam kelas siswa akan menyukai mata pelajaran
yang diberikan.
3. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern
yang juga mempunyai pengaruh yang besar bagi seorang anak. Kegiatan siswa dalam
masyarakat, pengaruh media, interaksi sosial dan kehidupan masyarakat sekitar
sebagai tempat tinggal siswa sangat
berpengaruh bagi belajar siswa. Lingkungan masyarakat yang
baik akan memberikan contoh yang baik terhadap anak.
b.
Pentingnya motivasi dalam belajar
Motivasi sebagai
suatu dorongan, alasan kemauan yang menyebabkan kita bertindak dan diarahkan
kepada tujuan tertentu
yang ingin dicapai. Motivasi selain sebagai pendorong manusia
untuk berbuat dan menentukan arah perbuatan kita pada tujuan yang hendak kita
capai. Dengan adanya motivasi dalam proses belajar mengajar diharapkan akan
memberikan hasil belajar yang
memuaskan bagi siswa. Dalam kehidupan nyata
kita menemukan orang-orang dengan kemampuannya (ability) namun tidak mampu mengerjakan suatu pekerjaan, bukan
berarti seseorang tidak mampu dalam mengerjakan suatu pekerjaan namun karena
tidak adanya motivasi dalam dirinya. Motivasi yang kurang kuat dari dalam diri
seseorang akan menyebabkan kurangnya dorongan, kemauan, sehingga tidak ada
hasil pekerjaan (kecakapan nyata). Kita berbuat sesuatu karena adanya motif
tertentu yang ada dalam diri untuk mencapai tujuan tertentu. Anak yang intelegensinya tinggi
mungkin gagal dalam pelajarannya karena kekurangan motivasi (S.Nasution, 1986; 79 ). Jadi motivasi merupakan dinamika dalam diri individu, merupakan pendorong,
sehingga dengan demikian motivasi merupakan faktor penting dalam kehidupan
termasuk dalam pendidikan dan pengajaran.
c.
Motivasi belajar siswa terhadap
pendidikan Agama Hindu
Belajar dan motivasi selalu mendapat
perhatian khusus bagi mereka yang belajar. Dalam kehidupan sehari hari dijumpai
orang dengan penuh antusias dan ketekunan melakukan berbagai kegiatan belajar,
sedang dipihak lain ada yang tidak
bergairah dan bermalas malasan. Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab
yang
perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentingan motivasi belajar. Pada motivasi
intrinsic anak belajar karena belajar itu sendiri cukup bermakna baginya.
Tujuan yang ingin dicapai terletak dalam
perbuatan belajar itu sendiri, yaitu menambah pengetahuan, keterampilan dan
lain-lain. Sedangkan pada motivasi ekstrinsik anak belajar, bukan karena
belajar itu berarti baginya melainkan
mengharap sesuatu dibalik kegiatan
belajar itu seperti halnya yang baik,
hadiah atau menghindari hukuman. Tujuan
yang dicapai terletak diluar perbuatan
belajar. Contoh pada motivasi intrinsik
seperti anak mempelajari sembahyang karena ingin tahu dan trampil
melaksanakannya. Sedangkan pada motivasi ekstrinsik ia belajar karena ingin dipuji atau takut dimarahi.
Dengan demikian penulis dapat
menyimpulkan bahwa siswa belajar pendidikan Agama Hindu adalah umumnya
mempunyai motivasi intrinsik yaitu belajar pendidikan agama karena kesadaran
siswa itu sendiri disamping ingin tahu pelajaran agama dan juga
ingin menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Teori Motivasi belajar
Menurut teori Abraham H. Maslow (Teori Humanistik), motivasi seorang individu sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Termasuk pada faktor internal adalah persepsi seseorang mengenai diri sendiri,
harga diri, harapan pribadi kebutuhaan, keinginan, kepuasan kerja dan prestasi
kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi
motivasi seseorang, antara lain ialah jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja
dimana seseorang bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan pada
umumnya dan sistem imbalan yang berlaku
dan cara penerapannya. Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow
pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai tujuh enam atau
hierarki kebutuhan, yaitu :
1) kebutuhan fisiologikal (physiological
needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex
2) kebutuhan rasa aman (safety needs),
tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan
intelektual
3) kebutuhan social (social needs)
yaitu kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok dan menjalin hubungan dengan
orang lain. Di dalam kebutuhan sosial ini terdapat kebutuhan akan kasih sayang
(love needs)
4) kebutuhan akan harga diri (esteem
needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol
status, seseorang harus berprestasi, menjadi kompeten, serta mendapat pengakuan
sebagai orang yang berprestasi dan kompeten untuk dapat dihargai
5) kebutuhan intelektual (intellectual
needs) terdapat didalamnya adalah individu memperoleh pemahaman dan
pengetahuan
6) kebutuhan estetis (aesthetic needs),
setelah mencapai tingkatan intelektual tertentu, maka individu akan memikirkan
tentang kebutuhan akan keindahan, kerapian, serta keseimbangan
7)
aktualisasi
diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata agar dapat menemukan pemenuhan pribadi dan
mencapai potensi diri.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama
(fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara
lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang
lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara
membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis
dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena
manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu
tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologikal, mental,
intelektual dan bahkan juga spiritual. Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan
makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin
mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional,
teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami
“koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep
“hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat
diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya
ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang
pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada
pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan
kebutuhan tingkat kedua, dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat
pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan
diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman
tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi”
dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena
pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia
berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik,
seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai,
memerlukan teman serta ingin berkembang. Maslow menggambarkan manusia yang sudah
mengaktualisasikan diri sebagai orang yang sudah terpenuhi semua kebutuhannya
dan melakukan apapun yang bisa mereka lakukan, dengan mengidentifikasikan 15
ciri orang yang telah mengaktualisasikan diri sebagai berikut:
1.
Memiliki
persepsi akurat tentang realitas.
2.
Menikmati pengalaman baru.
3.
Memiliki
kecenderungan untuk mencapai pengalaman puncak.
4.
Memiliki
standar moral yang jelas.
5.
Memiliki selera humor.
6.
Merasa
bersaudara dengan semua manusia.
7.
Memiliki
hubungan pertemanan yang erat.
8.
Bersikap
demokratis dalam menerima orang lain.
9.
Membutuhkan privasi.
10.
Bebas
dari budaya dan lingkungan.
11.
Kreatif.
12.
Spontan.
13.
Lebih
berpusat pada permasalahan, bukan pada diri sendiri.
14.
Mengakui sifat dasar manusia.
15.
Tidak
selalu ingin menyamakan diri dengan orang lain.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan
materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri
siswa tersebut ada motivasi yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian
biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin
tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai
gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan
perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka
motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak
diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik
sehingga ia mau melakukan belajar. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh
guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
a.
Menjelaskan
tujuan belajar ke peserta didik, pada permulaan belajar mengajar seharusnya
terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus
yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula
motivasi dalam belajar.
b.
Berikan
hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk
bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c.
Saingan/kompetisi, guru berusaha
mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d.
Pujian, sudah
sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun.
e.
Hukuman
diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.
Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya.
f.
Membangkitkan
dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan
perhatian maksimal ke peserta didik.
g.
Membentuk
kebiasaan belajar yang baik. Membantu kesulitan belajar anak didik secara
individual maupun kelompok
h.
Menggunakan
metode yang bervariasi,menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi
yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak didiknya.
Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang
kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk
pada spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang
diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator
bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna
belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada
siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan
sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Adapun proses yang umumnya dilalui adalah sebagai berikut :
a.
Merumuskan
tujuan belajar yang jelas.
b.
Mengusahakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat: jelas, jujur dan
positif.
c.
Mendorong
siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri.
d.
Mendorong
siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.
e.
Siswa
didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang
ditunjukkan.
f.
Guru
menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya.
g.
Memberikan
kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
h.
Evaluasi
diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Kelebihan Teori Belajar Humanistik
a.
Teori
ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial.
b.
Indikator
dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap
atas kemauan sendiri.
c.
Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain
dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang
berlaku.
Kekurangan
Teori Belajar Humanistik
a.
Siswa
yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
b.
Siswa
yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses
belajar.