Kamis, 17 Mei 2012

dewa putu antara " stah lampung "



                        KEPEMIMPINAN YANG IDEAL MENURUT HINDU
OM SWASTYASTU
Hadirin dan Peserta Lomba yang Saya Hormati.
Mengawali penyampaian materi dharma wacana ini, pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Hyang Parama Kawi, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya, saya dan kita sekalian diberikan kekuatan dan keselamatan lahir-bathin, sehingga dapat mengikuti lomba dharma wacana serangkaian dengan kegiatan Temu Karya Ilmiah dan Lomba Ketrampilan  Akademik  Perguruan Tinggi Hindu Seluruh Indonesia Tahun 2013 ini.
Hadirin sekalian, patut disyukuri pula bahwa pelaksanaan Temu Karya Ilmiah dan Lomba Ketrampilan Akademik Perguruan Tinggi Hindu Seluruh Indonesia Tahun 2013 ini ada dalam era reformasi, yang mengandung sejumlah tumpuan dan harapan bagi masa depan umat Hindu yang lebih baik. Dengan dilandasi semangat reformasi dan jiwa moksartham jagadhita ya ca iti dharma, umat Hindu telah melaksanakan satu agenda yang sangat mulia, sebagai swadharma keikutsertaan kita dalam pembangunan berbangsa dan bernegara sebagai agenda Nasional yang harus kita sukseskan.
Pembangunan kehidupan beragama dalam era reformasi ini, sangat diperlukan, terutama  dalam menjaga stabilitas dan ketahanan Nasional, serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas umat beragama, sehingga tercipta suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan, ketaqwaan, kerukunan yang dinamis, selaras dan seimbang. Karena itulah, kegiatan Temu Karya Ilmiah dan Lomba Ketrampilan  Akademik  Perguruan Tinggi Hindu Seluruh Indonesia Tahun 2013 ini, di samping sebagai ajang pendalaman ajaran agama Hindu juga mengandung makna pembangunan sraddha dan bhakti yang memiliki nilai strategis bagi terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya. Itu pula sebabnya, dharma wacana ini saya beri judul KEPEMIMPINAN YANG IDEAL MENURUT HINDU, sesuai dengan tema yang telah ditentukan.
Saudara-Saudara Sekalian yang saya muliyakan.
Berbicara masalah kepemimpinan, pada prinsipnya ada yang memimpin dan ada yang dipimpin. Dua dikotomi ini hendaknya dipertemukan secara harmoni, sehingga melahirkan sikap kebersamaan. Kebersamaan dalam hal ini, mengandung pengertian berat sama dipikul, ringan sama dijinjing sebagai atensi dari seia sekata dalam suka dan duka. Ketika konteks ini telah mengakar pada setiap pribadi antara yang pemimpin dengan yang dipimpin, niscaya tujuan organisasi dapat tercapai. Pencapaian tujuan inilah merupakan keberhasilan dari seorang pemimpin.
          Konsep kepemimpinan dalam ajaran agama Hindu bersumber pada kebenaran dari kemahamuliaan Tuhan sebagai hakikat dari ajaran dharma, karena agama Hindu adalah agama yang bersumber pada kitab suci Weda, yang merupakan himpunan wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Dari kitab suci Weda inilah mengalir semua ajaran agama Hindu, baik yang menyangkut sraddha (keyakinan), etika (tata susila), dan acara (ritual). Itu pula sebabnya, ajaran agama Hindu bersifat sanatana yakni yang abadi, sehingga agama Hindu juga dikenal dengan Sanatana Dharma, atau secara imanen disebut Vaidika Dharma,seperti yang terdapat dalam sastra suci Hindu yaitu,
÷k*a(m\rnê,                                                                                                                                                                                                                                                     ikang dharma ngaranya,
h)nun&mrr&sÙ(g,                                                                                                                                                                                                                henuning mara ring swarga,
÷kkdigtin&p)rhu,                                                                                                                                                                          ika kadi gatining perahu,
ÁnÀ)nun&bnêgennÓs&tsik/.          an henuning banyaga nentasing tasik.
“Yang disebut dharma adalah jalan untuk mencapai sorga, tak bedanya bagaikan perahu bagi pedagang untuk mengarungi lautan”.
Karena itu, dharma hendaknya selalu diusahakan dan dimuliakan, lebih-lebih bagi seorang pemimpin yang selalu memikirkan kerahayuan negeri, dharma hendaknya diletakkan di atas segala-galanya. Dan perlu diingat bahwa dharma pada zaman kaliyuga banyak ditinggal orang, kadi anak lanji “bagaikan anak haram “ tiada peduli, apalagi memuliakannya. Ketika dharma diabaikan ketika itu pula tujuan hidup tidak tercapai, apakah dalam memimpin atau yang lainnya.
Bagi seorang pemimpin hendaknya memegang teguh ajaran dharma yang dikemas melalui konsepsi Catur Pariksa (Sama, Beda, Dhana,Dhanda). Sama artinya seorang pemimpin hendaknya selalu bersikap tidak berat sebelah dalam memberikan keputusan, sehingga rakyat merasa diperhatikan dan diayomi. Beda, maksudnya adalah seorang pemimpin harus mampu dan berani bersikap tegas, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar dalam memutuskan sesuatu demi keadilan tanpa memihak. Dhana, adalah seorang pemimpin berusaha keras dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, dengan cara dapat memenuhi kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, dan papan serta pendidikan, kesehatan, dan kesetaraan gender. Sehingga pembangunan manusia seutuhnya, kesejahteraan lahir-bathin dapat terwujud. Sedangkan dhanda maksudnya adalah seorang pemimpin harus mampu menegakkan keadilan dalam memberikan  sanksi hukum terhadap pelaku kejahatan, sehingga kejahatan dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga tercipta suasana aman damai dan berkeadilan.
Di samping itu, sudara-saudara, konsep kepemimpinan yang telah meluas dan menjadi panutan bagi pemimpin tempo dulu dan masa kini adalah konsep Asta Brata  dengan  mencontoh sifat-sifat  kedewataan yakni:
1.    Indrabrata, merupakan sikap seorang pemimpin yang bijaksana dan tidak pilih kasih dalam bersedekah, sehingga merata dan tidak membeda-bedakan, lebih-lebih kepada fakir miskin dan orang-orang suci, bagaikan Indra menurunkan hujan.
2.    Yamabrata, seorang pemimpin hendaknya berani menegakkan keadilan dan kebenaran, menurut sastra suci bagaikan hukum Rta yaitu hukum abadi alam semesta,hukum dan peraturan yang telah ditetapkan dalam mengayomi seluruh rakyat atau bawahannya.
3.    Barunabrata, seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat mulia ibarat dewa baruna atau dewa samudra yaitu berwawasan luas dengan pengetahuan suci dan ilmu lainnya,mampu mengatasi setiap riak atau gejolak yang terjadi dengan baik,penuh kearifan dan kebijaksanaan.
4.    Kuwera, sikap seorang pemimpin harus bijaksana dalam mempergunakan dana atau uang,jangan jadi pemboros yang merugikan negara dan masyarakat.
5.    Suryabrata, senantiasa bersikap bagaikan dewa Matahari penuh keadilan, merata dan tanpa membeda-bedakan terhadap siapa saja, kaya dan miskin, baik dan buruk. Bagaikan Matahari dalam menerangi jagat raya ini.
6.    Candrabrata,  selalu memiliki sifat mulia ibarat dewa bulan yang mampu memberikan penerangan bagi rakyatnya yang berada dalam kegelapan dan kebodohan dengan menampilkan wajah yang penuh kesejukan.
7.    Bayubrata, seorang pemimpin  dapat melihat dan menguasai seluruh wilayah kekuasaannya secara utuh bagaikan dewa Angin yang memenuhi segala ruang dan waktu, selalu meninjau langsung kebawah untuk mengetahui kondisi kehidupan masyarakat yang dipimpinnya setiap saat.
8.    Agnibrata, seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat mulia ibarat dewa agni yaitu mampu menciptakan hal-hal baru yang berguna bagi sesama dalam pembangunan disegala bidang kehidupan,teguh dalam prinsip kebenaran serta mampu melawan musuh,baik yang ada di luar maupun yang ada  di dalam dirinya sendiri.

Penerapan kedelapan sifat-sifat mulia dalam ajaran Asta Brata tersebut ditegaskan dalam  sloka Bhagavad Gita III.35 sebagai berikut:
 श्रेयान्स्वधर्मो विगुणः परधर्मात्स्वनुष्ठितात्। Iस्वधर्मे निधनं श्रेयः परधर्मो भयावहः ॥३५
Śreyān sva-dharmo vigunah para-dharmāt svanusthitāt,
Sva-dharme nidhanam Śreyah para-dharmo bhayāvahah.
Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tiada sempurna daripada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik,lebih baik mati dalam tugas sendiri daripada dalam tugas orang lain yang sangat berbahaya”
Sloka tadi jelas bahwa kita harus tahu kewajiban sendiri dimana semua tugas itu dilakukan dengan penuh pengabdian dan bertahap sebagaimana mestinya,karena suatu pekerjaan akan baik hasilnya apabila dilakukan bertahap dan dengan perencanaan yang matang.
Dalam Geguritan Niti Sastra buah karya Ida Cokorda Denpasar ada menyebutkan bahwa seorang pemimpin hendaknya dapat diukur dari pengetahuannya, sikap prilakunya, dan tutur sapanya. Sikap yang tidak terpuji perlu dihindari, jangan bertindak sewenang-wenang (otoriter) kepada rakyat,  tidak mengucapkan kata-kata kotor saat emosi sekalipun. Konsep kepemimpinan ini dikenal dengan istilah Ulah Telu yakni:
1.  Wijayastra,
     Bagi seorang pemimpin hendaknya selalu berbuat baik, mengutamakan pemerataan dalam bersedekah, dan senantiasa menghilangkan pikiran-pikiran kotor, bingung, dan sifat angkara murka. Tutur sapanya lemah lembut, hormat kepada pendeta, sayang kepada rakyat dan memiliki kemampuan untuk memutar roda pemerintahan.
2.   Sapadina,
      Seorang pemimpin senantiasa berbudi luhur, serta tidak silau dengan kekayaan harta benda. Karena hal itu semuanya semu sebagai kenikmatan sesaat yang tidak abadi.
3.   Negara jenyana,
      Seorang pemimpin hendaknya selalu memikirkan kesejahteraan rakyat dan kerahayuan negeri, memperbaiki jalan, tempat suci, jembatan, tempat pertemuan, pertanian, peternakan, pasar, dan sebagainya yang merupakan sumber pendapatan rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Saudara- Saudara Sekalian.
Kesimpulannya, bahwa kepemimpinan Hindu secara konsepsional tertuang dalam ajaran Asta Brata yang merujuk pada sifat-sifat dewa yang dimuliakan dalam agama Hindu. Selain itu  ada juga sebagai penguat untuk seorang pemimpin sebagaimana terurai dalam konsep Catur Pariksa yakni: sama, bheda, dhanda, dhana. Dan juga ajaran Ulah Telu sebagaimana yang diungkapkan oleh Ida Cokorda Denpasar dalam Geguritan Niti Sastra yakni Wijayastra, Sapadina, dan Negarajenyana.
Demikianlah saudara-saudara sekalian yang dapat saya sampaikan dalam dharma wacana ini yang menyangkut masalah kepemimpinan Hindu. Barang kali jika kekurang-sempurnaanya dengan hormat kiranya dapat dimaklumi,Sekian dan terima kasih,Om Ano bhradah kratawo yantu   viswatah,
Semoga  semua pikiran baik datang dari segala penjuru.
 OM SANTIH SANTIH SANTIH OM  
DAFTAR PUSTAKA

Ariasna,Ketut Gede,2004: Kepemimpinan Hindu,Paramita,Surabaya.
Cudamani,1993:Pengantar Agama Hindu,Hanuman Sakti,Jakarta.
Tim Kompilasi,Editor I Nengah Dana,2006:Kompilasi Dokumen Literer 45 Tahun Parisada, PHDI Pusat,Jakarta.
Tracy,Diane,1996: Manajemen Praktis,Binarupa Aksara,Jakarta.
Titib,I Made, Ni Ketut Sapariani,2004:Keutamaan Manusia Dan Pendidikan Budhi Pekerti,Paramita,Surabaya.
Sukardi,Dewa Ketut,1995:Proses Bimbingan Dan Peyuluhan,Rineka Cipta,Jakarta
Pudja,Gde,2003: Bhagavad Gita (Pancamo Veda),Paramita,Surabaya.
Subramaniam,Kamala,2006: Ramayana,Paramita,Surabaya.
Semadi, Anak Agung Gde Putra,1995: Wiracarita,Ditjen Bimas Hindu Dan Budha Universitas Terbuka, Jakarta.








KEPEMIMPINan yang ideal menurut Hindu


Naskah dharma wacana



swastika150

Oleh
Dewa PUTU ANTARA
Kontingen SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU STAH LAMPUNG

Kontingen TEMU KARYA ILMIAH PERGURUAN TINGGI HINDU SELURUH INDONESIA
                STAH NEGERI TAMPUNG PENYANG PALANGKARAYA
2013

Hari ini kelihatannya bahagia semua y?walaupun banyak yang gantuk.

v  Pembukaan ,saya bermagsud datang kesini melaksanakan tugas menjadi seorang pendharmawacana’ judul kepemimpinan hindu itu luas,unik,berbobot, bisa dibuktikan namun belum banyak diaplikasikan,saya ambil beberapa tipe  kepemimpinna  lain yang mendukungnnya.
       Masalah,pemimpin banyak dipermasalahkan terutama kita yang pecandu acara televisi berita,jutaan permisa meyaksikan bahkan dunia.kenapa saya mengangkat judul ini bukankah mahasiswa itu adalah agen perubahan’berikan aku 10 pemuda maka aku akan mengubah dunia ini”
.nah kebetulan saya belajar menjadi pemimpin baik bagi diri saya maupun diorganisasi,di Bem dipercaya ketua bidang kerohaian,ketua ukm yoga terakhir ketua ukm dharmawcana.sebelumnya mungkin saya ingin bertanya pda umat sedharma:apakah kita semua akan menjadi seorang pemimpin? Tentu,setidaknya menjadi pemimpin dalam rumah tangga nantinya yang merupakan bagian terkecil dari negara.apalagi yang mepunyai cita-cita yang jadi presiden,mentri Dpr,gubernur,bupati,klien banjar,dll. ADA YA? YANG BERCITA2 ?mari kita lihat!
EKSPRESI DAN PENGUASAAN AUDIEN
1.mengajak kita semua duduk disini sya yakin membutuhkan sosok pemimipin kedewataan seperti ini.betul tidak?untuk menumbuhkembangkannya apakah sifat kedewataan ini ada pada diri kita,tentu ?


2.keironisan dengan mata.
Kertas 2.
            Dana : bisa kita rasakan di era sekarang ini danalah yang diutaman orang karena kebutuhan manusia semakin kompleks”kata wayang cengblong”kita bersekolah membutuhkan hp,pulsa,buku pakian spp,laptop pulza modem,bahkan sama pacarpun harus modal dikit,tidak bisa rayuan gombal aja,shoping.mengelola
SDA kita melimpah,contoh kasus petani garam kita kaya ,malah ada kebijakan mengimpor garam sehingga petani menjadi merugi malas bekerja.
            Paragraf ke 3,diceritakan sedikit pengalaman organisasi...contoh lomba perahu naga,itu mebutuhkan air yang dijadikan media untuk menjadi cepat dengan mengambil tidak berlebihan ,,,,, perahu tenggelam.dan perlu dicatat bahwa sya mengajak kita mahasiswa pemuda hindu merupakan benteng-benteng hindu kedepan apakah kita mau maju? Ataukah mundur? kebijaksanaan mengunakan dana tk hindu,rumah sakit, bank hindu.mari rekan-rekan kita bercita-cita mulia ini agar bisa diwujudkan.
            Sama;semu warga memiliki kesempatan yang sama baik dalam hukum,pekerjaan,pendidikan,dll.
            Beda:yang ditayangkan di Tv luar biasa keluhan –keluhan kasus korupsi,kolusi dan nepotisme ,,ada kekhawatiran yang diatas seperti itu apalagi yang dibawah.bisannya kalau saya rapat diorganisasi ukm diajak memutuskan sesuatu kalau sudah banyak suara apalagi keras yang benar bisa menjadi salah. DI  Beda jangan sampai kebalik-balik kaki dikepala kepala dikaki kata piterpen,bang roma irama terlalu
o   Siapkah dewa itu? Dewata?
v  ASTA BRATA
a.yama brata,bagaimana memberdayakan penegak hukum di negeri ini.:curi buah-buahan semangka,kakao,jagung,pakian dalam,seolah-olah lebih populer dbndingkan yg korupsi jutaan,milyaran bahkan triliyunan. Ekspresi tutup mata.misalnya dikampus hal sepele ditidak hal yang kriminal harus ditindak nyata,misal ergaulan bebas hamil sebelum menikah,,,ada acaman tindak kriminal gebom Stah,memecahkan kepala orang.
b.surya kontekksualnnya ,menghargai pluralisme

c.Di indra brata contoh permasalahan orang suci diperhatikan kemakmurannya,orang suci masi ngontel bersepeda,pakiannya sampai taluh puwuh.kita umat bawa kijang motor,mersi.hasil sawit dan karet
d. Candra Brata
terjun langsung memberikan peyuluhan dalam segala sektor kehidupan.

e.Bayu Brata
yang artinya seorang pemimpin hendaknya selalumengetahui dan menyelidiki keadaan yang sebenarnya, terutamakeadaan masyarakat yang hidupnya paling menderita.misalnya baksos bersama para dosen ,,terjun langsung kelapangan teryata umat akan haus sekali pembinaan.musibah,, setidaknya kita bisa memberikan baik moril materil dll.

f.Kwera Brata
yang artinya seorang pemimpin harus bijaksanadalam mempergunakan dana atau uang, jangan jadi pemboros dan  merugikan negara dan masyarakat. Pemimpin tidak jalan2 keluar negeri diwakilkan,




g.Baruna Brata
yang artinya seorang pemimpin hendaknya dapatmembersihkan penyakit masyarakat psk,perjudian, seperti pengangguran,kenakalan remaja, pencurian, dan pengacauan politik.  baruna contohkan kejadian diri sendiri berani dikritik bukan hanya pencitraan melulu,,dipilh,cerita ketika saya tidak sempet mandi karena sibuk meyelesaikan proposal setelah itu rapat,,,,bau badan dewe ini gak enak? Malah hasil rapat tidak bgtu tenar?wadua jelek na?saya bingung yang tenar justru kejelekan.


Agni Brata
yang artinya seorang pemimpin harus memiliki sifatkesatria yang disertai dengan semangat tinggi, bagai api yang tidak akan berhenti membakar sebelum apa yang dibak

ohkan fakir miskin memberi sembako kretika kampaye,tidak usah dipilih la,
6. 
7.saya mengagumi bali ketika UdG nasional waktu di denpasar karena unik memiliki kepribadian,budaya seperti majapahit yang tetap eksis hingga sekarang dikenal seluruh dunia.
8.di Wijayastra ,saya sempat berbincang-bincang,dizaman sekarang dana yang paling dimuliakan orang:karena kebutuha semakin kompleks,,seharusnnya dana punya kalau bisa diformalkan agar bisa efektif dan digulirkan untuk kepentingan umat.seperti pembangunan rumah sakit tadi dll.
9.Sapadina:sastra suci hindu menjelaskan seorang pemimpin megabdi untuk mengayomi rakyat,keyataan sekarang semua berebut menjadi penguasa karena berkuasa jangan dijadikan lapangan pekerjaan ,kalau ingin kaya jadilah seorang wiraswsata?pengusaha.
10.Negarajenyana:kesejahteraan rakyat dan kerahayuan negeri.ini yang perlu dijadikan missi oleh pemimpin bukan pemimpin saja yng bisa membawa mobil merci,keamanannya yg dijamin pemimpin melainkan rakyat kecilpun dijamin perlindungannya .


               Kemasan naskah
  1. 6.cover nya dalam lingkaran gambar Rama dan lontar /bentuk geguritan(bacgron meru) tanda panah saling berkaitan.
  2. Penulisan catatan kaki dibawah ,tulisan seperti di catatan kaki peyuluh atau peyiaran agama.beserta nomer dibuat lingkaran hitam.
  3. Minta bingkai cover depan. Dan belakang lengkapi daftar pustakannya.






















Rabu, 16 Mei 2012

statistik pendidikan " wisnu w"


subjek x y x y xy x2 y2
a 6,5 7,5 0 0,8 0 0 0,64
b 5,8 5,6 -0,7 -1,1 0,77 0,49 1,21
c 7,2 6,6 0,7 -0,1 -0,07 0,49 0,01
d 6,9 6,4 0,4 -0,3 -0,12 0,16 0,09
e 7,6 6,9 1,1 0,2 0,22 1,21 0,04
f 6,7 6,2 0,2 -0,5 -0,1 0,04 0,25
g 6,2 5,9 -0,3 -0,8 0,24 0,09 0,64
h 5,6 5,8 -0,9 -0,9 0,81 0,81 0,81
i 6,8 6,1 0,3 -0,6 -0,18 0,09 0,36
j 6 7,1 -0,5 0,4 -0,2 0,25 0,16
k 6,4 7,4 -0,1 0,7 -0,07 0,01 0,49
l 6,2 7,2 -0,3 0,5 -0,15 0,09 0,25
m 7,2 6,3 0,7 -0,4 -0,28 0,49 0,16
n 6,5 6,7 0 0 0 0 0
o 6,3 6,5 -0,2 -0,2 0,04 0,04 0,04
p 6,6 7,6 0,1 0,9 0,09 0,01 0,81
q 5,8 5,9 -0,7 -0,8 0,56 0,49 0,64
r 6,3 7,3 -0,2 0,6 -0,12 0,04 0,36
s 7,4 7,8 0,9 1,1 0,99 0,81 1,21
t 6 7,2 -0,5 0,5 -0,25 0,25 0,25

Rabu, 09 Mei 2012

Hare Krishna Selayang Pandang


Hare Krishna Selayang Pandang
Oleh : made waisnawa putra
 
Saya kira banyak orang Hindu di Indonesia yang tidak mengetahui secara jelas
apa atau siapa sebenarnya para pengikut Hare Krishna. Sekalipun cukup banyak
buku-buku karya Srila Prabhupada, pendirinya, telah diterbitkan di Indonesia,
tapi hampir tidak ada yang menjelaskan apa sebetulnya Hare Krisna: satu
sekte/sampradaya Hindu? Sebuah agama baru yang terpisah dari Hindu? Atau satu
organisasi sosio-spiritual yang tidak ada kaitannya dengan suatu agama apapun?
Pada zaman orde baru Hare Krishna pernah dilarang oleh pemerintah karena
dianggap menimbulkan keresahan dan perpecahan di kalangan masyarakat Hindu di
Indonesia. Hal ini seperti mempertebal bobot ‘misteri’ dan sekaligus menambah
keingintahuan kita terhadap Hare Krishna. Sayangnya orang-orang Hare Krishna di
Indonesia tidak pernah memberikan penjelasan secara terbuka siapa sebenarnya
mereka ini.
 
Untuk memberikan gambaran selayang pandang di bawah ini adalah penjelasan
singkat mengenai Hare Krishna yang saya ambil dari buku "Apakah Saya Orang
Hindu" karangan Ed. Viswanathan, diterbitkan oleh Pustaka Manikgeni, 2000, dan
Dictionary of World Religions, terbitan Oxford University Press, 1997.
 
Hare Krishna adalah gerakan bhakti (devotional) Hindu. Didirikan di AS tahun
1965 oleh Swami A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada (1896-1977), dengan nama
resmi "The International Society for Krishna Consciousness" atau ISKCON. Nama
populer dari masyarakat ini adalah Hare Krishna, artinya "Kemenangan untuk
Krishna" (Victory to Lord Krishna). Hare Krishna adalah tradisi (sampradaya)
Caitanya dari sekte Waisnawa. Caitanya (1485-1533) adalah seorang bhakta
Krishna, dan menjadi sumber dari sampradaya Caitanya atau Gaudiya yang
melahirkan gerakan pemujaan Krishna (Krishna Bhakti). Terlahir dengan nama
Visvambhara Misra di Bengala, pada awalnya adalah seorang sarjana, tapi satu
pengalaman cinta keagamaan menyebabkan dia meninggalkan pelajaran
brahmanikalnya (agama awal India pada zaman Vedik yang menekankan pengorbanan
(yadnya) dan upakara atau ritual). Tahun 1510 beliau menjadi sanyasin dengan
nama Sri Krishna Caitanya. Dia segera terkenal karena pemujaannya
yang ekstatik , seperti kesurupan (ecstatic devotion) yang diwujudkan dengan
tari dan nyanyi, dan dipercaya sebagai avatara dari Krishna dan Radha (salah
seorang gopi, gadis pengembala sapi dan istri Krisna). Bentuk pemujaannya yang
ekstatik dan bahkan sering liar, oleh muridnya dianggap sebagai
keikutsertaannya dalam ’lila’ atau permainan suci, yang merupakan sumber dari
kreativitas itu sendiri.
 
Tujuan Hare Krishna adalah untuk membimbing manusia, yang hidup dalam kaliyuga
(demonic age) untuk mencapai pembebasan dalam bentuk kesadaran-Krishna yang
abadi melalui Bhakti Yoga, yang merupakan – menurut Waisnawa umumnya dan Hare
Krishna khususnya – adalah puncak dari Jnana Yoga dan Karma Yoga. Setiap
keprihatinan atau penderitaan, apakah itu kelaparan atau penyakit, ditundukkan
kepada tujuan akhir yaitu kesadaran-Krishna. Dengan pengekangan diri, karya
missionari dan pengucapan japa Mahamantra ‘Hare Krishna Hare Rama’, para bhakta
akan menikmati kesadaran Krishna dalam hidup ini (Jiwanmukti). Para bhakta
laki-laki memakai jubah putih atau kuning-jingga bhakta wanita mengenakan sari
warna-warni, menari dan bernyanyi dengan iringan musik tradisional India. Sejak
meninggalnya Prabhupada gerakan ini dipimpin oleh Dewan Komite Pemerintah Pusat
(Central Governing Board Committee) yang mengangkat seorang swami sebagai
penguasa tertinggi dalam
tiap-tiap temple di seluruh dunia, sekalipun telah terjadi berbagai skisma
(schisms, perpecahan) dalam tubuh gerakan ini.
 
Masyarakat Hare Krishna adalah salah satu kelompok yang paling asketik (hidup
sangat sederhana, seperti pertapa) dan ritualistik di dunia ini. Kadang-kadang
orang heran bagaimana masyarakat Hare Krishna dapat menarik para pengikut
(bhakta) dengan ketentuan etik dan moral yang begitu ketat. Para anggota sama
sekali dilarang untuk minum (minuman keras), merokok dan seks bebas. Pengucapan
japa di depan umum (public chanting) dari Mantra "Hare Krishna, Hare Krishna,
Krishna Krishna, Hare, Hare; Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama Hare, Hare" adalah
satu dari kegiatan penting dari para bhakta. Menurut Srimad Bhagavatam,
siapapun yang mengucapkan Mantra ini dan juga siapapun yang kebetulan mendengar
Mantra ini akan diberkati oleh Tuhan.
 
Sebagai tambahan dari japa di depan umum, masing-masing bhakta mengulangi
Mantra ini 1,728 kali setiap hari. Pengucapan mantra (japa) ini dihitung oleh
satu genitri dengan seratus delapan (108) biji Tulsi. Jadi genitri ini dihitung
enam belas kali setiap hari. Para pengikut Hare Krishna melakukan pekerjaan
kasar sebagai persembahan untuk Krishna. Mereka membersihkan badan mereka
paling tidak dua kali sehari, dan bahkan di antara pengikut yang berkeluarga
seks hanya dibolehkan untuk melahirkan anak (prokreasi).
 
Sama seperti kelompok masyarakat lain, kontroversi masih melanda kelompok
masyarakat ini. Beberapa orang menyatakan bahwa anak mereka telah dicuci otak
oleh masyarakat yang saleh ini, tapi tidak seorangpun dapat mengatakan dengan
tepat seberapa banyak kebenaran dalam tuduhan-tuduhan ini. Para bhakta Hare
Krishna adalah murni vegetarian, dan mempraktekkan non-kekerasan.
 
 
Hare Krishna Menurut Pendirinya
 
Prabhupada terlahir dengan nama Abhay Charan De di Kolkata, menjalani karir
yang sukses sebagai manajer bisnis sampai tahun 1933, ketika beliau dipercaya
oleh Bhaktisiddhanta Thakura dari Gaudiya Vaishnava untuk menyebarkan
kesadaran-Krishna di Barat. Beliau melakukan karya-karya terjemahan sampai
pensiun pada 1959, ketika beliau menjadi sanyasin menyebabkan dia bebas untuk
melaksanakan missinya. Pada tahun 1965 beliau pergi ke Boston dan mendirikan
ISKCON. Tahun 1967 beliau pindah ke California di mana gerakan ini mulai tumbuh
dengan pesat. Berbeda dengan agama-agama baru yang muncul dari agama Hindu,
beliau melarang para pengikutnya untuk menganggap dirinya sebagai avatara,
tetapi beliau menampilkan dirinya sebagai salah seorang seperti mereka, menjadi
pelayan Tuhan (Dasa).
 
Kembali kepada pertanyaan di atas, apakah Hare Krishna satu sampradaya Hindu,
satu agama baru yang terlepas dari Hindu, atau satu organisasi sosio-spiritual
yang tidak ada kaitan dengan agama apapun? Hare Krishna, menurut pendirinya,
A.C. Bhaktivedanta Swami Prabupadha, bukan Hindu dan bahkan bukan agama apapun.
Dalam ceramah dan wawancaranya Prabupadha bahkan menghujat Hindu sebagai sumber
keruntuhan moral. Berikut ini adalah pernyataan Srila Prabupada mengenai Hare
Krishna dan hubungannya dengan agama Hindu. Tulisan di bawah ini bersumber dari
"Can it Be That the Hare Krishnas Are Not Hindu? ISKCON's Srila Prabhupada's
edicts on religion are clear" yang dimuat dalam majalah Hinduism Today edisi
Oktober 1998.
 
"Ada satu salah pengertian," tulis His Divine Grace A.C. Bhaktivedanta Swami
Prabhupada tahun 1977 dalam Science of Self Realization, "bahwa gerakan
kesadaran Krishna ( the Krishna consciousness movement) mewakili agama Hindu.
Sering kali orang-orang India baik di dalam maupun di luar India mengira bahwa
kita mengajarkan agama Hindu, tapi sesunguhnya kita tidak mengajarkan agama
Hindu." Dalam bab tiga dari buku itu [dapat diperoleh dari Bhaktivedanta
Archives, P.O. Box 255, Sandy Ridge, North Carolina 27046 USA], pernyataan yang
mengejutkan ini dibuatnya beberapa kali: "Hare Krishna sama sekali tidak ada
urusannya dengan agama Hindu atau sistem agama apapun.... Setiap orang harus
mengerti dengan jelas bahwa Hare Krishna tidak mengajarkan apa yang disebut
agama Hindu (The Krishna consciousness movement is not preaching the so-called
Hindu religion)." Para pengikut Srila Prabhupada telah mengumpulkan semua
surat, buku, ceramah, wawancara dan percakapannya
dalam the Bhaktivedanta Vedabase [juga dapat diperoleh dari Bhaktivedanta
Archives]. CD-Rom database ini menghasilkan 183 referensi kepada agama Hindu,
yang dikumpulkan dan dianalisis untuk memahami pandangan Srila Prabhupada.
 
Srila Prabhupada seringkali dengan tegas menolak eksistensi dari satu agama
yang disebut "Hinduisme." Dia mengasalkan nama yang tidak pantas ini kepada
"foreign invaders (para penyerbu asing)." Pada kesempatan lain ia mengakui
keberadaan agama Hindu, tapi menganggapnya sebagai kemerosotan yang tak
tertolongkan dari bentuk asli Sanatana Dharma Veda. Pada ceramah-ceramahnya
tahun 1967, di New York dia berkata, "Sekalipun memunculkan para sarjana,
sanyasin, grihasta dan swami besar, apa yang disebut pengikut agama Hindu
semuanya tidak berguna, cabang-cabang kering dari agama Veda." Hare Krisnha,
katanya, adalah satu-satunya eksponen dari agama Veda dewasa ini. Dalam satu
wawancara yang diberikan untuk Bhavan's Journal tanggal 28 Juni, 1976, dia
berkata, "India, mereka telah membuang sistem agama yang sesungguhnya, Sanatana
Dharma. Secara takhyul, mereka menerima satu agama campur aduk (a hodgepodge
thing) yang disebut Hinduisme. Karena itulah muncul
kekacauan."
 
Sang Guru sering menjelaskan sikapnya, dan bertindak berdasarkan keyakinannya
dalam membangun organisasinya yang dinamis. Pada kuliah 1974 di Mumbai
(Bombai), dia menyatakan, "Kita tidak mengkotbahkan agama Hindu. Ketika
mendaftarkan assosiasi ini, saya dengan sengaja memakai nama ini, 'Krishna
Consciousness,' bukan agama Hindu bukan Kristen bukan Buddha.."
 
Srila Prabhupada menyadari bahwa masyarakat India memiliki kesan yang keliru
mengenai kehinduannya. Dalam satu surat tahun 1970 kepada pengurus sebuah pura
di Los Angeles, dia menulis, "Masyarakat Hindu di Barat mendapat perasaan baik
untuk saya karena secara dangkal mereka melihat bahwa saya menyebarkan agama
Hindu, tapi nyatanya gerakan Kesadaran Krishna ini bukan agama Hindu bukan pula
agama apapun." Hal itu tetap berlaku sampai dewasa ini, karena Srila Prabhupada
tidak meninggalkan pengganti dengan wewenang untuk mengubah ‘edict’ atau
bhisama spiritual ini.
 
Jadi kenapa masyarakat Hindu umumnya secara keliru percaya bahwa Hare Krishna
adalah sebuah organisasi Hindu, ketika mereka tidak pernah menyatakan dirinya
sebagai Hindu? Kadang-kadang mereka sengaja menimbulkan kesan itu. Selama
pembukaan temple mereka di New Delhi dan Bangalore, di mana berita-berita surat
kabar sering mengidentifikasikan temple-temple besar ini sebagai Hindu, siaran
press dari Hare Krishna, seperti yang dikeluarkan pada tanggal 15 April 1998,
tidak pernah menggunakan kata Hindu. Namun, ketika para pengikut mereka dari
India yang melayani kedua temple ini ditanya oleh wartawan pada akhir bulan
Juli untuk tulisan ini, mereka bilang ini adalah pura Hindu. Ketimpangan antara
persepsi publik dengan kebijakan internal mereka lebih dibingungkan lagi dengan
pengecualian resmi dari kelompok ini berkaitan dengan posisi mereka terhadap
non-Hindu. Bila menghadapi kesulitan, para pemimpin Hare Krishna memohon kepada
masyarakat Hindu untuk membantu
mereka, misalnya ketika menghadapi perkara atas gedung ‘Bhaktivedanta Manor’
di Inggris atau ketika dituntut oleh orang Kristen di Russia dan Polandia (yang
menganggap Hare Krishna hanyalah gerakan ‘cult’ dan meminta agar pemerintah
melarang mereka). Dalam permohonan kepada hakim dan pemerintah, kata Hindu
dipergunakan secara terbuka. Dalam kasus-kasus hukum yang lain, termasuk kasus
di Mahkamah Agung Amerika Serikat, Hare Krishna berusaha menangkis label "cult"
dengan menyatakan dirinya sebagai satu sampradaya Hindu tradisional, dan
meminta orang-orang Hindu yang lain untuk menguatkan hal ini di pengadilan.
Organisasi-organisasi lain yang berpisah dari agama Hindu, seperti
Transcendental Meditation dan Brahma Kumaris, tidak pernah mengkompromikan
sikap mereka dalam keadaan apapun.
 
Yang juga memisahkan Hare Krishna adalah penolakan dan kritiknya terhadap agama
Hindu, khususnya di antara anggota mereka sendiri. Ada banyak laporan mengenai
orang-orang Hindu yang bergabung dengan Hare Krishna yang hanya diajarkan untuk
menolak agama keluarga mereka. "Sebelumnya kita adalah Hindu. Sekarang kita
adalah Hare Krishna," demikian dikatakan oleh beberapa orang. Pada saat yang
sama, organisasi ini sering mengajukan permohonan kepada masyarakat dan
pengusaha Hindu untuk bantuan keuangan bagi program sosial dan politik mereka
untuk melidungi Hare Krishna dari pelecehan dan tuntutan.
 
Melihat pada penampilan Hare Krishna -- pakaian para anggota, nama, bhajana,
perayaan, pemujaan, kitab suci, ziarah, bentuk bangunan temple dan lain-lain –
tidaklah mengherankan banyak orang menganggap mereka adalah Hindu. Bahwa nyata
mereka bukan Hindu tentu akan mengagetkan banyak orang — baik Hindu maupun
non-Hindu.
 
Kutipan dari:
http://www.iloveblue.com/printnews.php?jenis=article&pid=623